SELAMAT DATANG SAHABAT

SELAMAT DATANG SAHABAT

Anda adalah pengunjung yang ke .....

Counter

video denmas

Rabu, 31 Oktober 2007

Ngobrol sama TV

- Yang namanya pembicaraan telepon dengan telepon kalau salah sambung itu sudah biasa, tapi kalau telepon dengan televisi jadi nyambung, itu baru kejadian luar biasa.
Kisah ini dialami oleh Mbah Cempluk yang tinggal di Jakarta bersama anak dan menantunya, Jon Koplo dan Gendhuk Nicole. Waktu itu Jon Koplo sedang ada tugas kantor dan harus menginap selama beberapa hari di Semarang.
Pada suatu siang, Gendhuk Nicole sedang nonton sinetron di TV, sementara Mbah Cempluk sedang menjahit bajunya yang sobek. Beberapa menit kemudian, bukannya Gendhuk Nicole yang menonton TV, tapi TV-lah yang menonton Gendhuk Nicole yang tertidur.
”Kriiing... kriiing...” terdengar dering telepon. Walaupun Mbah Cempluk sudah (nuwun sewu) agak suda rungon, tapi ia masih bisa mendengarnya dan segera menuju telepon yang berada di samping TV.
”Halooo...” sapa Mbah Cempluk. Kemudian terdengar suara ”Ibu, besok saya pulang, jangan lupa masak yang banyak karena teman-temanku mau mampir.” Karena merasa dipanggil ”ibu”, Mbah Cempluk langsung nyandhak bahwa yang bicara itu adalah Jon Koplo, anaknya.
”Ya, besok tak masak yang banyak,” jawab Mbah Cempluk.
Habis itu, Mbah Cempluk malah nanya-nanya nggak karuan, omong terus nggak pakai spasi. Maklum, orang tua. Gendhuk Nicole yang tertidur pun jadi terbangun. Melihat mertuanya ngendikan ngecuprus terus, Gendhuk Nicole langsung mendekat.
”Dari Mas Jon Koplo ya, Bu?” tanya Gendhuk Nicole.
”Ya,” jawab Mbah Cempluk. Tapi yang terdengar di telinga Gendhuk Nicole hanyalah suara kereta api ”tuuut... tuuut...
”Bu, mana, kok nggak ada suaranya?” tanya Nicole.
”Ada kok, tadi Jon Koplo bilang besok mau pulang, Ibu disuruh masak yang banyak karena temen-temannya mau mampir,” jawab Mbah Cempluk. Kemudian terdengar lagi suara ”Bu, jangan lupa masak sop buntut kesukaan saya...”
Mendengar suara itu, Nicole baru sadar bahwa ada kekeliruan komunikasi. Ia pun langsung ngguyu ngakak sak pole.
Usut punya usut, ternyata suara tadi itu muncul dari TV yang ada di sebelahnya.
”Oalah Bu... Bu... Jadi dari tadi itu Ibu ngobrol sama TV ta?” tanya Gendhuk Nicole. Mbah Cempluk yang belum mudheng malah balik tanya, ”Baru tiga hari di Semarang, suara Jon Koplo kok sudah beda ya, Ndhuk?”
Gendhuk Nicole bukannya njawab tapi ketawanya malah semakin ngakak. - Kiriman Ikhsan Sabari, Ngaglik RT 03/RW 06 Sidorejo, Bendosari, Sukoharjo.
Jangan dimakan...!

- Lebaran kemarin membawa berkah tersendiri bagi Tom Gembus, juragan kecil-kecilan yang membuka home industry pembuatan kue di daerah Pati.
Lumayan banyak order yang ia dapatkan, bukan hanya dari ibu-ibu rumah tangga, tapi juga para pemilik toko makanan. Agar tidak kerepotan, Jon Koplo, anak semata wayangnya ikut membantu sebagai pengantar kue pesanan.
Suatu hari Jon Koplo mendapat tugas mengantar kue pesanan untuk Lady Cempluk yang kebetulan adalah tantenya sendiri. Sampai di rumah Lady Cempluk, Koplo ditemui adik keponakannya, Gendhuk Nicole.
”Ibu baru saja keluar, Mas. Memangnya ada perlu apa sama Ibu?” tanya Nicole.
”Ini lho Dik, aku mengantarkan kue pesanan tante,” jawab Koplo.
”Wah, kue sebanyak ini? Kebetulan, di rumah sudah sepi jajanan,” Nicole tampak heran, tapi sebentar kemudian ia tersenyum. ”Ayo, masuk dulu! Paling-paling Ibu nggak lama kok perginya,” Nicole mempersilakan Koplo duduk di ruang tamu.
Ngiras-ngirus silaturahmi sambil istirahat, Jon Koplo memutuskan untuk singgah sebentar di rumah tantenya itu. Sementara Gendhuk Nicole segera menuju ke dapur untuk membuat minuman sekaligus membuka bungkusan kue pesanan yang baru diterimanya. Beberapa bungkus kue ia buka dan diletakkan di atas piring untuk disajikan.
Sambil ngobrol ngalor-ngidul mereka pun coplak-capluk makan kue yang tersaji.
Meskipun kue buatannya sendiri tapi Koplo tidak ingin membuat Nicole kecewa. Ia memakan habis kue yang tersaji sambil ngecuprus ngana kae.
Tiba-tiba... ”Kriiing...” Telepon rumah berdering.
”Halo...” sapa Gendhuk Nicole sambil mengangkat telepon.
”Gimana, Ndhuk? Kue pesanan ibu sudah diantar sama Mas Koplo?” rupanya Lady Cempluk yang telepon.
”Oh, Sudah, Buk. Lha ini, kebetulan Mas Koplonya masih di sini,” jawan Nicole.
”Ya sudah. Bu RT barusan ngebel, sebentar lagi mau diambil untuk snack halalbihalal nanti sore. Kuenya kamu simpan dulu. Jangan dimakan, nanti ndhak kurang!”
”Blaik...!!!” Gendhuk Nicole kaget setengah mati. Ia mengira kue itu dipesan untuk keluarga sendiri. Tidaktahunya... - Kiriman Nuryahman Wahyu I SPd, Griya Winong Asri RT 10/RW 04, Winong, Pati.
Ora mudheng...


- Jon Koplo, tokoh kita kali ini masih duduk di kelas 2 SD. Ia adalah anak Tom Gembus, seorang anggota TNI AU dan Lady Cempluk yang asli orang Jawa Barat. Sebagai konsekuensi menjadi anak tentara, tentu saja ia harus ngatut ke tempat di mana ayahnya bekerja. Nah, ketika Tom Gembus dimutasi di Solo, di sinilah masalah muncul.
Jon Koplo yang tidak mudheng babar blas bahasa Jawa sulit berkomunikasi dengan teman-teman barunya, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah, termasuk dengan neneknya yang juga berada di Solo. Setiap kali diajak ngomong sama neneknya, Jon Koplo nggak ngerti maksudnya. Akhirnya oleh Tom Gembus ia dikasih tahu kalau nggak ngerti jawab aja ”ora mudheng!”
Suatu sore, ketika sedang makan sambil menonton TV, Koplo ditegur sang nenek, ”Le, maeme ndang dientekke. Aja nonton TV terus, ngentek-entekke setrum, pajeke larang,”
Kontan saja Jon Koplo yang nggak ngerti neneknya ngomong apa cuma bilang ”ora mudheng!” sambil lari ke dapur. Neneknya hanya bisa mengelus dada.
Pengalaman yang tak terlupakan oleh Jon Koplo dan keluarga besarnya terjadi ketika tes sekolah telah dimulai. Hari itu kebetulan jadwal pelajarannya Bahasa Daerah. Pelajaran inilah yang membuat kepala Koplo pusing karena nggak tahu artinya, apalagi ada tulisan jawanya. Bagi dia lebih baik ngerjain matematika sak buku dari pada ngerjain Bahasa Jawa. Untuk jawaban pilihan ganda sih ia bisa menggunakan aji pengawuran. Tapi giliran pertanyaan isian dan tulisan huruf Jawa, Koplo nggak mau baca lama-lama, langsung ia tulis lembar jawaban dengan huruf kapital besar-besar: ”ORA MUDHENG!”
Kocap kacarita, ketika waktunya pengambilan rapor, Lady Cempluk, ibunya Koplo dipanggil oleh Gendhuk Nicole, guru kelas Koplo.
”Putera Ibu sangat cerdas. Buktinya nilai rapornya bagus-bagus. Dan ia juga pintar membuat tertawa guru-guru di sini,” lapor Nicole.
”Maksud Ibu...?” tanya Cempluk penasaran.
”Lihat saja hasil tes pelajaran Bahasa Jawanya,” kata Nicole sambil menyodorkan hasil tes Bahasa Daerah.
Melihat hasil tes dengan jawaban isian tertulis ”ORA MUDHENG”, seketika itu juga Cempluk tertawa.
”Ya maaf, Bu Guru. Anak saya belum bisa mendalami bahasa Jawa jadi belum bisa njawa”. Gurunya pun memaklumi sambil mengangguk-angguk. - Kiriman Nuna Erny Wargiyanti, Puspan RT 02/RW 07 Blulukan, Colomadu 57174.

Memancing wanita agar mengejarmu


Biasanya, lelakilah yang selalu mengejar-ngejar wanita idamannya, memberi perhatian lebih, lalu mengungkapkan cinta. Tapi, kini juga masanya menikmati agresivitas kaum wanita, dan menjadi lelaki yang diincar kaum wanita. Caranya? Gampang, dengan tips kecil, hal itu bukan tak mungkin. Tapi, ini rahasia lho?

Pertama kali yang harus kamu lakukan adalah membuat diri kamu serileks mungkin. Karena kalau kamu terlalu menggebu-gebu, bisa merusak semua 'niat baik' itu. Perlu kamu ketahui juga, sebenarnya membuat si dia datang ke kamu lebih dulu, bukan perkara rumit kok! Kamu hanya perlu tampil apa adanya pada wanita yang kamu suka. Tunjukkan bahwa kamu seorang yang sederhana, jujur, sopan, Pede, sekaligus charming. Semua itu adalah kriteria umum yang bisa bikin wanita menaruh simpatik sama kamu.

Tunjukkan juga kalau kamu sangat antusias ketika mendengar cerita-ceritanya (walaupun itu hanya cerita-cerita biasa yang sebenarnya kurang menarik). Nah, kalau sudah begini, si dia dapat melihat bahwa kamu ternyata seorang yang enak diajak bicara, nyambung, dan, membuat mereka kepingin nempel terus. Jangan lupa untuk selalu memberikan tanggapan, saran, nasihat, ataupun masukan yang positif ketika si dia meminta pendapatmu, atau ketika si dia bertanya tentang suatu masalah padamu.

Kalau selama ini kamu termasuk seorang yang punya 'selera' tinggi dalam memilih seseorang untuk jadi pacarmu, maka mulai kali ini cobalah untuk tak terlalu menetapkan kriteria rumit untuk mendapatkan calon pacar. Disadari atau tidak, hal ini sebenarnya merupakan kebiasaan jelek yang banyak dilakukan pria ataupun wanita --apalagi jika mereka merasa bahwa status sosialnya mulai menanjak. Kamu perlu menerapkan paham nobody's perfect. Mulailah berkaca pada dirimu sendiri, dan lihat dengan cermat - kamu bukan orang yang sempurna, bukan?

Jadi jangan terlalu banyak menilai, apalagi berpikiran negatif. Lama-lama si dia juga bakal sebal melihat kelakuanmu ini. Terutama jika si dia sampai merasakan bahwa dirinya sedang dibanding-bandingkan dengan wanita lain, bisa-bisa malah si dia yang menjauhi kamu.

Dalam kegiatan sehari-hari, boleh-boleh saja kamu memperlihatkan perasaan suka kamu, sekaligus berharap si dia akan menyukai kamu tentunya. Bukannya lantas kamu merasakan bahwa dirimu mempunyai wewenang untuk mengontrol dan mengekangnya --apalagi sampai mengikatnya. Biar bagaimanapun, wanita punya kebebasan yang sama seperti pria dalam bergaul ataupun beraktivitas bersama teman-temannya.

Kamu harus pintar membaca situasi. Jangan halangi dan persempit ruang geraknya. Jangan pula selalu berada di dekatnya dalam kesempatan apapun. Jangan biarkan si dia berfikir mengapa seolah-olah segala kegiatan yang dilakukannya dimata-matai ataupun harus dilakukan atas izinmu. Jangan begitu! Jika kamu begitu, si dia akan berpikir akan jadi seperti apa dirinya nanti jika kamu jadi pacarnya? Mirip penjahat atau buronan yang setiap saat dipantau keberadaannya?

Sebaliknya buat si dia menebak-nebak di mana kamu berada sekarang, apa yang sedang kamu lakukan, dan, dengan siapa kamu berada sekarang. Dengan begitu si dia akan was-was, khawatir, cemas, bercampur kangen atas ketidak-hadiranmu ini.

Akan tetapi, ketika ia sedang kesusahan atau ada masalah, perlihatkan bahwa dirimu terbuka untuk mendengar dan bersedia memberi masukan agar masalahnya cepat selesai. Tunjukkan pula kalau kamu sangat antusias ketika mendengarnya bercerita, dan menanggapinya dengan tanggapan positif, brilian, tanpa kesan menggurui. Yang terpenting jangan di-cuekin aja!

Senyum. Bukan rahasia umum lagi bahwa senyum merupakan senjata ampuh untuk menebar pesona. Para ahli pun menganjurkan banyak senyum untuk merefleksikan diri kamu agar orang lain dapat berfikir bahwa dirimu mempunyai pikiran positif dan stabil.

Nah, kalau kamu termasuk orang murah senyum, jangan ragu-ragu untuk menularkan kebiasaan kamu pada si dia. Caranya mudah, ketika kamu sedang berduaan, buatlah beberapa joke atau kegiatan lain yang dapat membuatnya bereaksi positif - misalnya membuatnya tersenyum dan tertawa.

Jangan sekali-kali kamu keras kepala di depannya. Beri dia ruang untuk mengekspresikan dirinya. Berikan ia ruang untuk membuatmu senyum. Jangan pula hanya si dia yang kamu buat tersenyum, ada baiknya jika kamu juga dekat dengan sahabat-sahabatnya dan keluarganya. Apalagi kalau kamu dapat membuat mereka menyukai keberadaanmu di antara mereka. Percaya deh, kalau 4 dari 5 wanita lebih memilih pacar yang punya selera humor tinggi.

Jangan lupa untuk berusaha menjadi yang terbaik untuknya. Tapi jangan lalu kamu memaksakan dirimu untuk melakukan hal-hal yang nyata-nyata tidak dapat kamu lakukan. Just do the best you can, and, be yourself --maka semuanya akan berjalan lancar.

Jangan lupa juga untuk memperhatikan penampilan. Kamu tahu dong, penampilan yang rapi dan bersih (apalagi harum) sangat digemari wanita?! Usahakan juga untuk menjaga nafasmu supaya tetap segar, karena bisa-bisa si dia pingsan ketika tidak sengaja mencium bau 'tong sampah' yang keluar dari mulutmu!

Jika kamu merupakan seorang agresif, cobalah untuk sedikit menahan keinginan untuk melancarkan aksi terlebih dahulu, seperti menelepon 5-10 kali sehari, mengirim SMS sebanyak 90-100 kali sehari yang isi-isinya terlalu mengobral cinta maupun rayuan bullshit. Sebaliknya, buatlah agar dirimu jarang menelepon, jarang meng-email, jarang bertemu, ataupun ber-SMS ria. Itu akan terus membuat si dia mempesona di matamu, tak membosankan, dan yang pasti, membuat si dia kangen berat padamu.

Satu hal lagi, jangan selalu menuruti keinginannya. Usahakan untuk sedikit jaga Image dengan selalu tampil cool di depannya (walaupun sebenarnya kamu sudah tak tahan melihat wajahnya yang lucu ketika merayumu). Dengan begitu si dia bakal tambah geregetan sama kamu.

Buatlah dirimu semisterius mungkin. wanita sebenarnya suka hal-hal yang berbau misteri. Dengan begitu mereka bisa berpetualang untuk mendapatkan cintamu. Nggak percaya? Coba saja kamu jarang nongol dan jarang nelepon. Pasti dia kelimpungan mencari-cari kamu. Nah, dengan begitu rasa ingin tahu tentang kamu akan bertambah, dan dia akan mencari jalan untuk mengetahui dirimu lebih dalam lagi.

Jangan pula kamu jadi sok akrab dengan dia! Karena jika kamu terlalu akrab, ia akan merasakan kenyamanan yang berbeda setiap berdekatan denganmu. Ia tidak mau suatu hari nanti persahabatan ini jadi hancur berantakan karena adanya perasaan cinta. Dengan begitu dia akan memilih kamu sebagai sahabat ketimbang sebagai kekasih. Wah?

Selamat dikejar-kejar ya?
(dtr/cn02)
"Membaca" Pikiran Wanita


Tahu tidak, apa yang berkecamuk di kepala wanita tentang lelaki idealnya? Banyak memang. Dan, kadang, selalu berubah. Ini karena wanita ternyata, tak seperti pria, yang lebih mengutamakan citra visual. Memang, aspek citra visual tetap ada, tapi tak utama. Berikut ini yang ada di kepala mereka.

Lelaki acap berpikir, bagaimana seorang wanita menginginkan pasangannya berubah, apa yang diinginkan wanita dalam membina suatu hubungan cinta dengan pasangannya, dan apa-apa saja yang sebaiknya dilakukan kala berkencan dengan seorang wanita. pertanyaan ini sulit dijawab. Tapi, jika kita dapat membaca pikiran wanita, aduh, jadi gampang sekali...

Wanita salut pada kaum pria. Memang, banyak juga wanita yang mengatakan sisi negatif mengenai pria. Namun sebaliknya, wanita sebenarnya sangat membutuhkan seorang pria. Mungkin saja, kebanyakan pria menyukai wanita yang bertubuh mulus. Tapi maaf saja! Itu hanya salah satu penghargaan negatif yang menusuk hati para wanita. Karena, itu, buatlah mereka kagum dengan pikiran Anda.

Anda, para pria, pasti punya cara membuat seorang wanita merasakan bahwa dialah orang yang paling spesial di dunia, dan hanya dialah anugerah Tuhan yang paling indah. Yah, walaupun agak sedikit terkesan "basi", tapi senyum yang manis dan pandangan sejuk sekilas Anda kepada seorang wanita serta menyukai dan membiarkan ia menyayangi Anda akan dapat membuatnya merasa bahwa dirinya sangat spesial untuk Anda.

Ini kata para wanita: "Cara bagaimana pacar kami memeluk, caranya duduk dengan sangat dekat, cara menciumnya dapat membuat wanita merasa lebih feminin dan seksi. Sewaktu pria memeluk kami (wanita) dengan pelukan erat dan berkesan ingin melindungi, membuat kami merasakan dicintai, dan kami tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya bisa merasakan perasaan sentimental yang meledak-ledak di dada kami."

Meskipun wanita kadang tidak mau mengakuinya, mereka menyukai pria yang agak sedikit macho, kuat dan percaya diri. Wanita tidak suka pria yang pasif dan lemah; wanita menyukai seseorang yang selalu berusaha mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, punya kepercayaan diri dan sedikit agresif. Tapi ingat! Jangan terlalu berlebihan. Jangan sombong! Tapi sedikit arogan, boleh! Itu tanda percaya diri.

Sekarang, bila wanita menginginkan prianya menjadi seorang yang macho, wanita juga menyukai pria yang terlihat kuat dan tangguh dari luar, tapi sangat lembut hatinya. Pria-pria yang menunjukkan sisi lain dari dirinya dan mengizinkan wanita yang dicintai dan mencintainya melihat ke dasar dirinya yang paling dalam. Sisi paling dalam yang ditutupi oleh jaringan-jaringan luar yang sangat susah ditembus dan dimengerti. Itulah yang wanita sukai dari pria; kemampuannya untuk menjadi seorang yang tangguh dan macho di luar, tapi halus dan sensitif di dalam.

Wanita sebenarnya tidak mau kencan dengan dua orang, tapi akan menyenangkan sekali bila melihat seorang yang tegar, kuat, macho tapi sensitif, layaknya seekor kelinci yang tersesat dan bayi yang baru lahir. Maka wanita tidak segan-segan memilihnya dan menjadikannya sebagai pujaan hati.

Wanita seringkali terlihat menyukai pria yang mengingatkan akan ayah mereka. Dan mereka sebenarnya menginginkan figur seorang ayah pada pria pujaan hatinya. Memang terdengar agak sedikit aneh, tapi menurut penelitian secara psikologis pun memang begini adanya !

Ini penting. wanita sangat sensitif, dan selalu tahu jika ada yang berubah dari pasangannya. Karena itu, jaga sifat ini, dan setialah, karena wanita pun akan setia pada Anda.

Nah, itulah beberapa yang diinginkan wanita. Dan, tampaknya, tak sulit Anda menjadi pria yang memenuhi harapan mereka. Sekali Anda memenuhi isi pikiran mereka, asmara pun akan melanda mereka. Dan, bersiaplah menampungnya.
(Kani/)

Minggu, 28 Oktober 2007

Apakah Perselingkuhan Dimonopoli oleh kaum Pria ?

Apakah Perselingkuhan Dimonopoli oleh kaum Pria ?

Menurut penelitian, perselingkuhan dalam kehidupan perkawinan bukanlah monopoli kaum pria atau suami-suami. Sebaliknya, para istri juga ternyata bisa saja berselingkuh selama bertahun-tahun tanpa diketahui oleh suaminya !

Bedanya, jika di suatu saat perselingkuhan itu diketahui oleh suaminya, maka sang istri biasanya ingin segera menghentikan perselingkuhannya dan mempertahankan perkawinannya. Namun jika ia memilih untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan pria selingkuhannya, maka itu berarti ia ingin mengakhiri perkawinannya dan bercerai dengan suaminya. Sebaliknya para ahli menemukan bahwa ternyata para suami yang ketahuan berselingkuh pada umumnya tidak ingin mengakhiri perselingkuhannya tersebut. Para suami tersebut lebih suka jika diijinkan untuk menjalani kedua kehidupan tersebut, menikah dan juga punya affair.

Perselingkuhan Dalam Kehidupan Keluarga

Perselingkuhan Dalam Kehidupan Keluarga

Setiap orang yang sudah berumah tangga tentu saja tidak ingin perkawinannya berantakan karena kehadiran pihak ketiga yang sama sekali tidak diharapkan. Namun kenyataannya belakangan ini semakin banyak kasus-kasus perceraian yang terjadi karena ternyata sang suami atau istri berselingkuh; bahkan ada yang pula yang suaminya menikah lagi dan punya anak selama bertahun-tahun tanpa diketahui oleh pihak istri pertamanya. Siapapun yang mengalami kejadian ini tentu akan merasa sangat terpukul, marah, sakit hati, benci pada suami / istri dan selingkuhannya, hilang total kepercayaan, tidak lagi bisa menghormati pasangan, hingga akhirnya tidak mampu lagi membangun cinta kasih dan persahabatan yang selama ini menjadi pengikat dalam kehidupan perkawinan mereka. Banyak yang mengatakan bahwa sulit sekali bagi mereka untuk kembali mencintai setelah dikhianati sekian lama sehingga meskipun perkawinan tersebut bisa diselamatkan, namun tetap saja hatinya sudah menjadi dingin dan hubungan mereka jadi hambar.

Memang, ada pula rumah tangga yang tampak tidak terusik ketika masalah perselingkuhan melanda kehidupan pasangan itu. Pada kasus demikian sebenarnya dalam hubungan antara suami dengan istri sudah sejak lama tidak ada lagi ikatan cinta kasih di antara mereka. Istilahnya, di antara mereka sudah terjadi emotional divorce sejak bertahun-tahun lampau sehingga tidak peduli lagi apa yang akan terjadi. Ikatan perkawinan yang ada di antara mereka pada dasarnya sudah tidak ada artinya apa-apa jauh sebelum masalah perselingkuhan itu terjadi.

Ada pula kasus-kasus di mana istri menemukan bahwa suaminya selingkuh dengan wanita lain, namun tetap berusaha mempertahankan keutuhan perkawinan tersebut karena demi kehidupan anak-anak mereka di kemudian hari, supaya mereka tetap mendapatkan jaminan hidup yang layak. Alasan kedua adalah karena diri sang istri sendiri yang merasa tidak mampu hidup sendiri, entah karena alasan ekonomi atau pun karena alasan psikologis.

Perselingkuhan Untuk Memenuhi Kebutuhan Seksual

Perselingkuhan Untuk Memenuhi Kebutuhan Seksual

Menurut Debbie Layton-Tholl, seorang psikolog, perselingkuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah menikah pada dasarnya tidak semata-mata didasarkan pada kebutuhan untuk mencari kepuasan seksual. Alasan yang terakhir di sebut itu malah mempunyai persentase terendah dibandingkan dengan alasan yang lain. Alasan paling besar dan kuat yang mendorong perilaku orang untuk selingkuh 90% karena tidak terpenuhinya kebutuhan emosional dalam hubungan antara suami istri. Kebutuhan seksual bukanlah menjadi alasan pertama dan utama, tapi justru muncul setelah terjadinya kehancuran emosional dalam kehidupan perkawinan seseorang karena orang tersebut mencoba mencari orang lain yang dapat memenuhi kebutuhan emosional. Jadi, perilaku seksual yang sering mewarnai affair atau pun perselingkuhan sebenarnya merupakan sarana untuk memelihara dan mempertahankan affair tersebut, dan bukan menjadi alasan utama.

Perselingkuhan

Perselingkuhan

Ditulis Oleh Jacinta F. Rini 

Perselingkuhan akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan yang menarik dan santer, sebab perselingkuhan itu sendiri tidak hanya didominasi oleh para pria, tetapi juga wanita di segala lapisan dan golongan, bahkan tidak memandang usia. Sebenarnya fenomena ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti halnya Jakarta, tetapi juga di kota-kota kecil atau pun di daerah. Masalahnya, berita-berita mengenai perselingkuhan lebih banyak disorot di kota besar karena di kota besar seperti halnya Jakarta segala sesuatu lebih transparan termasuk dalam hal batasan norma-norma. Di kota besar seperti Jakarta, segala hal bisa bersifat relatif; artinya, segala sesuatu tidak bisa dinilai dari satu sudut pandang saja. Demikian pula halnya dengan perselingkuhan yang belakangan ini makin marak dibicarakan orang. Apakah yang sebenarnya terjadi ?

Alasan Mengapa orang berselingkuh

Setiap orang yang menikah sudah tentu mendambakan dan mencita-citakan bisa menempuh kehidupan perkawinan yang harmonis. Namun bagaimana pun juga, kita tidak bisa melupakan bahwa sebuah perkawinan pada dasarnya terdiri dari 2 orang yang mempunyai kepribadian, sifat dan karakter, latar belakang keluarga dan problem yang berbeda satu sama lain. Semua itu sudah ada jauh sebelum keduanya memutuskan untuk menikah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kehidupan perkawinan pada kenyataan selanjutnya tidak seindah dan seromantis harapan pasangan tersebut. Persoalan demi persoalan yang dihadapi setiap hari, belum lagi ditambah dengan keunikan masing-masing individunya, sering menjadikan kehidupan perkawinan menjadi sulit dan hambar. Jika sudah demikian, maka kondisi itu semakin membuka peluang bagi timbulnya perselingkuhan di antara mereka.

Debbie Layton-Tholl, seorang psikolog, pada tahun 1998 meneliti alasan-alasan terjadinya perselingkuhan di antara pasangan setelah sekian lama menikah. Menurut Debbie, biasanya orang memakai alasan mengapa dirinya berselingkuh adalah karena :

merasakan ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan, adanya kekosongan emosional dalam kehidupan pasangan tersebut, problem pribadi di masa lalu, kebutuhan untuk mencari variasi dalam kehidupan seksual, sulit untuk menolak “godaan”, marah terhadap pasangan, tidak lagi bisa mencintai pasangan, kecanduan alkohol atau pun obat-obatan, seringnya hidup berpisah lokasi, dorongan untuk membuat pasangan menjadi cemburu.

Perselingkuhan karena Problem Pribadi di Masa Lalu


Perselingkuhan karena Problem Pribadi di Masa Lalu

Perselingkuhan yang terjadi antara suami istri sebenarnya tidak lepas dari urusan pribadi masing-masing. Perlu disadari, bahwa dalam perkawinan terdapat dua orang yang punya karakter dan kepribadian yang sangat berbeda satu sama lain sebagai hasil bentukan dari pola asuh orang tua di masa lalu, pengaruh lingkungan dan juga unsur genetika (keturunan).
Banyak dari kita yang belum menyadari, bahwa ternyata diri kita sendiri sebenarnya merupakan pangkal dari semua masalah akibat ketidakmatangan emosi dan ketidakharmonisan (konflik) yang sedang terjadi dalam hidup kita secara pribadi. Sayangnya, kedua hal tersebut sering belum selesai bahkan sampai memasuki dunia perkawinan. Memang di awal perkawinan semua tampak manis dan harmonis karena keduanya masih berusaha menampilkan diri sebaik-baiknya. Namun lama kelamaan, ibarat orang menggunakan topeng terus-menerus sehingga akhirnya kecapaian sendiri, maka sama saja halnya dengan kehidupan suami istri. Lama-lama kita akhirnya harus berhadapan tidak saja dengan realita tentang pasangan, tetapi juga realita diri sendiri. Kita tidak bisa berlama-lama sembunyi di balik kepalsuan karena hal itu sangat menguras energi. Lama- kelamaan, keluarlah keaslian diri kita yang tercermin dalam sikap, perilaku dan pola pikir yang termanifestasi setiap hari, seperti dalam memandang dan menyelesaikan persoalan, mengambil keputusan, mempersepsi suatu keadaan, nilai dan prinsip yang dimilikinya, mekanisme pertahanan diri dalam menghadapi tekanan, dalam berinteraksi dengan pasangan dan orang lain, pola asuhnya terhadap keturunannya sendiri, proses penyesuaian diri, kesehatan mental, masalah kejiwaan yang muncul di kemudian hari, bahkan mempengaruhi pemilihan terhadap pasangan hidup.
Jadi, sebenarnya jangankan mengurus diri orang lain, mengurus diri sendiri itu lah yang paling sulit karena berhadapan dengan diri sendiri adalah situasi yang sama sekali tidak menyenangkan bagi kebanyakan orang. Lama-kelamaan, diri kita yang asli mulai menuntut pasangan kita untuk memenuhi kebutuhan kita dan memperlakukan kita seperti yang kita inginkan. Kalau kita pelajari secara mendalam, mungkin kita akan temukan adanya benang merah antara bagaimana orang tua kita dahulu memperlakukan kita dan memenuhi kebutuhan (emosional dan fisiologis) kita dengan tuntutan kita terhadap pasangan. Ketidakmatangan emosi yang mungkin masih menjadi bagian dari diri kita pada dasarnya merupakan akibat dari proses perkembangan psikologis selama masa pertumbuhan; dan hal itu juga diwarnai oleh pola asuh orang tua, terutama pada masa-masa awal kehidupan seseorang.
Ambil saja contohnya, jika sejak kecil seorang anak tidak memperoleh kasih sayang dan tidak mendapat pemenuhan kebutuhan terutama kebutuhan emosional, maka dalam perkembangan selanjutnya (jika selama proses kehidupan selanjutnya situasi ini konstan dan tidak ada perubahan yang positif), ia juga akan tumbuh menjadi orang yang sulit untuk menunjukkan afeksi, kasih sayang dan perhatian pada orang lain; bahkan bisa saja muncul elemen ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain karena waktu masih kecil, tidak ada satu orang pun yang bisa ia percayai (bahkan kedua orang tuanya) yang secara konstan hadir baginya dan mampu memberikan kasih sayang serta perhatian secara konstan. Jadi, kelak pada saat ia mencari pasangan, dalam alam bawah sadarnya tindakan ini dilandasi oleh keinginan dan kebutuhan untuk selalu diperhatikan. Agar ia dapat memastikan bahwa pasangannya itu selalu ada setiap saat ia membutuhkan (tidak seperti orang tuanya dahulu), maka biasanya akan muncul kemudian sikap-sikap seperti kecemburuan yang berlebihan, terlalu membatasi kegiatan pasangan, kecurigaan dan kekhawatiran berlebihan terhadap kesetiaan pasangan, keinginan untuk selalu diprioritaskan dalam setiap perkara dan tuntutan untuk selalu diperhatikan dan dipenuhi keinginannya. Jika sang pasangan punya sikap dan tindakan yang di luar keinginannya, ia kemudian merasa dikhianati, diacuhkan, merasa tidak diperhatikan, merasa dirinya tidak penting lagi, merasa dirinya tidak lagi dicintai, merasa pasangan sudah tidak menaruh hormat lagi padanya, merasa diri sudah tidak lagi menarik bagi pasangan, bahkan merasa dirinya hendak disingkirkan secara perlahan-lahan. Pikiran-pikiran negatif tersebut akhirnya berputar-putar dalam benaknya sehingga secara tidak sadar ia jadi terlalu sensitif dalam menanggapi kejadian yang sebenarnya masih normal dan wajar. Misalnya, ketika suami harus pergi ke acara sendirian (karena sifatnya yang formal), istrinya kemudian berpikir dirinya sengaja tidak diajak karena suaminya ingin mengajak wanita lain, atau merasa suaminya malu membawa dirinya yang dirasa sudah tidak menarik lagi, atau karena tingkat pendidikannya tidak sebanding dengan suami atau rekan kerjanya sehingga takut obrolannya tidak nyambung.
Karena sering terjadi hal-hal demikian, maka dapat dipastikan akan timbul kejengkelan dan salah paham yang tidak ada ujung pangkalnya karena masing-masing bersikukuh pada pendapat dan keyakinannya sendiri. Akibatnya, pihak yang tadinya tidak punya maksud apa-apa, jadi kesal, marah dan merasa lelah akan sikap pasangannya. Lantas, yang tadinya memang pulang larut malam karena tuntutan pekerjaan, akhirnya sering pulang malam mencari hiburan untuk melepaskan diri dari stress di rumah. Dan karena setiap orang pada suatu saat perlu seseorang yang dapat menjadi curahan emosi, terbukalah jalan baginya untuk mencari substitusi dari pasangan yang sudah tidak bisa lagi menjadi teman bicara yang enak. Kalau ternyata ada seseorang yang mampu memberikan perhatian dan pengertian yang selama ini tidak ditemukan dalam diri pasangannya yang kerjanya di rumah hanya marah-marah, maka terbukalah kesempatan untuk menciptakan hubungan yang melibatkan faktor emosi, Jika sudah demikian, terjadilah perselingkuhan yang selama ini ditakuti atau pun menjadi bahan kecurigaan istri. Hal ini lah yang diistilahkan dalam psikologi sebagai self-fulfilling prophecy.

Pola Yang Berulang

Tanpa sadar, ada sebagian dari diri kita yang juga ada pada diri kedua orang tua kita dan akhirnya mewarnai hubungan kita baik dengan istri atau suami dan dengan anak-anak. Coba saja kita bayangkan. Apakah cara kita mengasuh anak-anak ada kemiripan dengan cara kita dahulu diasuh dan dididik oleh ayah dan ibu kita ? Atau apakah cara kita berkomunikasi atau berinteraksi dengan istri/suami hampir sama atau ada hal-hal yang sama dengan cara orang tua kita dahulu berinteraksi satu sama lain ? Yang lebih ekstrim lagi, kita coba memperhatikan, apakah sikap dan perilaku anak kita ada kemiripan dengan sikap dan perilaku kita dahulu (coba saja tanya pada orang tua kita) ?
Dari situ kita bisa menyimpulkan, bahwa apa yang dialami oleh diri kita dan perkawinan kita saat ini, bukanlah merupakan kasus tunggal yang terjadi begitu saja. Semua itu ada hubungan sebab akibatnya dengan masa lampau. Jadi, semua problem psikologis, termasuk ketidakmatangan emosional maupun konflik-konflik dalam diri sendiri pada dasarnya punya akar di masa lalu. Kita memang tidak boleh begitu saja menyalahkan kedua orang tua kita yang sudah susah payah mendidik dan membesarkan kita dengan tulus hati, karena bagaimana pun juga hal itu bukanlah kesalahan mereka sepenuhnya, dan lagi mereka juga tidak melakukannya dengan kesadaran karena pola yang mereka terapkan pada diri kita, juga mereka terima dari kedua orang tua mereka di masa lalu.
Selama kedua pihak masih bisa berpikir jernih, dan mau memeriksa diri, maka kemungkinan besar masih bisa mengendalikan diri untuk mencegah terjadinya konflik yang berkepanjangan baik itu yang terpendam maupun secara terbuka. Namun, jika salah satu pihak atau bahkan keduanya sudah menutup diri terhadap penyelesaian masalah karena merasa diri yang paling benar dan pasangan kita yang salah, maka hal itu tidak hanya akan mengakibatkan memburuknya hubungan perkawinan, namun bahkan yang lebih serius, tidak membuat masing-masing bertumbuh dalam pribadi yang lebih dewasa dan matang setelah mampu menerima dan kemudian mengolah elemen-elemen negatif diri sendiri untuk kemudian mentransformasikannya menjadi sesuatu yang positif bagi pertumbuhan jiwa yang sehat. Kegagalan untuk mempertumbuhkan diri sendiri inilah yang akhirnya akan membawa pada kegagalan selanjutnya meskipun misalnya orang tersebut menikah lagi. Oleh karena itu, sering kita mendengar ada orang-orang yang berulang kali kawin-cerai dan selalu karena masalah yang kurang lebih sama sifatnya. Masalah itu bukan hanya terletak pada orang lain, tapi justru kemungkinan besar terletak pada diri sendiri yang tampaknya sudah waktunya untuk menjalani transformasi.

Jumat, 26 Oktober 2007

Seberapa Kuat Lelaki Orgasme! Why

Seberapa Kuat Lelaki Orgasme! Why?


Makin Cantik Makin Sering Orgasme

Anda termasuk lelaki multiorgasme? Itu lho lelaki yang dapat mencapai lima sampai enam kali ejakulasi dalam satu jam. Kok bisa sih? Begini kasus seperti ini bisa terjadi dalam tiga situasi berikut:

Pertama, setelah lama tidak berhubungan seksual, misalnya dua atau tiga bulan. Selang waktu istirahat refleks seksual menjadi pendek. Setelah ejakulasi, ereksi dapat terjadi lagi dalam waktu lima menit. Meskipun demikian ini adalah situasi yang jarang terjadi.

Makin Menggairahkan Makin Hot!

Kedua, dalam kondisi rangsangan seksual yang kuat, bisa saja terjadi ereksi lagi dan ejakulasi terjadi beberapa kali dalam satu jam. Ketika berhubungan seks pertama kalinya atau dengan perempuan yang sangat menggairahkan, biasanya kemampuan ejakulasi lelaki berkembang secara signifikan. Ini juga akan menghilang seiring dengan waktu ketika tingkat kenikmatan seksual dan situasi mulai menjadi seperti biasa.
Ketiga, kerja orgasme lelaki yang sensasional adalah sesuatu yang paling sering digunakan, yakni harapan lelaki yang lebih tinggi pada organ genitalnya ketimbang fungsinya. Struktur rentan ini dikontrol oleh mekanisme kompleks yang berorientasi pada kualitas, bukan kuantitas.

Senggama bukanlah perlombaan. Bagi lelaki yang senang bersaing di dalam semua bidang kehidupan, sulit menerima seks apa adanya. Misalnya, Anda bersenggama dua kali seminggu dan masing-masing mencapai ejakulasi satu kali. Dengan membandingkannya, Anda merasa kurang. Anda tidak menyadari bahwa kehidupan seksual Anda sebenarnya normal dan wajar. Jadi, persoalannya adalah kepercayaan.
Melebihi semua usaha manusia, seksualitas lelaki adalah permainan kepercayaan. Aturannya adalah, "Kalau menurut Anda mampu, Anda pasti bisa". Ereksi mudah hilang karena keributan yang tiba-tiba, kata-kata sindiran, bahkan tatapan penolakan dapat menghancurkan semuanya.

Ini salah satu aspek paling memalukan dan tidak menyenangkan. Sembilan puluh lima persen alat kelamin lelaki bereksi secara baik justru pada saat tidak dibutuhkan. Kalau dipikir lebih jauh, organ seakan-akan takut berhadapan dengan genital perempuan. Ketakutan dan kemampuan sama-sama persoalan penting bagi ereksi organ lelaki.[sexbehave/stl/hep]

Jumat, 12 Oktober 2007

Oohh istriku...

Oohh istriku...

Ini kisah seorang istri yang sangat setia pada suaminya. Dalam berbagai cobaan dan malapetaka yang mereka hadapi, sang istri selalu tegar mendukung di sisi sang Suami.

Suatu hari sang suami mengalami kecelakaan sehingga tidak sadarkan diri dan mengalami koma selama beberapa bulan, namun demikian sang istri tetap setia menjaga dan menemaninya setiap hari. Akhirnya sang suami bangun dari koma dan memanggil istrinya untuk mendekat.

Sang istri yang sangat bahagia karena suaminya sudah

siuman, segera menghampiri dan duduk di samping tempat

tidur. Setelah berpelukan beberapa saat, sang suami menatap istrinya dan berkata, "Sayang, kamu tau nggak, selama ini kamu selalu bersamaku dalam menjalani semua kepahitan hidup ini. Sewaktu aku dipecat dari pekerjaanku, kamu tetap bersamaku, sewaktu perusahaanku bangkrut, kamu tidak meninggalkan aku dan tetap bersamaku. Sewaktu aku di tembak perampok dan harus dirawat di rumah sakit, kamu juga bersamaku. Sewaktu rumah kita disita bank, kamu tetap memberikan dukungan buatku. Sekarang kesehatanku benar-benar memburuk setelah kecelakaan itu, dan kamu masih di sini bersamaku. Sayang, kamu tau nggak...."

"Tau apa, Mas?", sang istri yang mulai terharu bertanya dengan kalem.

"Aku rasa kamu yang bawa sial..."

Salah kenal

Salah kenal

Seekor sperma yang baru lahir sedang diajar oleh instrukturnya: "Begitu kamu disemprot keluar, lari sekencangnya sampai ke ujung gua dan kamu akan ketemu bulatan merah bernama telur. Deketin dia dan bilang: saya sperma. Dan dia akan bilang: saya telur. Dari situ kamu akan mulai bikin calon anak. Mengerti?"

Si sperma mengangguk dengan mantapnya.

Dua hari kemudian waktu lagi asik molor tiba-tiba dia di semprot keluar. Langsung aja dia lari sekencangnya dan teman-temannya ketinggalan dibelakang. Akhirnya dia duluan sampai di bulatan merah dan dia memperkenalkan

dirinya: "Hai, saya sperma."

Si bulatan merah menjawab: "Hai juga, saya amandel..."

Proposal kenaikan gaji

Proposal kenaikan gaji

Setelah merasa tidak cukup dengan penghargaan yang dia terima selama ini, Tuan "Penis" pun bermaksud meminta kenaikan gaji. Dengan huruf besar-besar, dia mengajukan "proposal" kenaikan gaji, beserta alasan-alasannya. Kelihatan, dia sudah tidak sangat puas. Berikut "proposalnya":

BERSAMA DENGAN INI, SAYA "PENIS" INGIN MEMINTA KENAIKAN GAJI DIKARENAKAN ALASAN-ALASAN BERIKUT:

* SAYA MELAKUKAN PEKERJAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN FISIK

* SAYA BEKERJA DI SUATU KEDALAMAN TERTENTU

* SAYA BEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN KEPALA TERLEBIH DAHULU

* SAYA BEKERJA DITEMPAT YANG LEMBAB

* SAYA BEKERJA LEMBUR DENGAN TANPA BIAYA TAMBAHAN

* SAYA BEKERJA DI RUANG YANG GELAP YANG TIDAK MEMPUNYAI ALIRAN UDARA SEGAR

* SAYA BEKERJA DI TEMPERATUR YANG TINGGI

* PEKERJAAN SAYA BERESIKO TERTULAR OLEH PENYAKIT

TANGGAPAN DARI HRD:

SETELAH MEMPERTIMBANGKAN PERMINTAAN DAN ARGUMEN YANG DIBERIKAN, KAMI MENOLAKNYA DENGAN ALASAN-ALASAN BERIKUT:

* ANDA TIDAK BEKERJA 8 JAM PENUH

* ANDA TERTIDUR SETELAH MELAKUKAN TUGAS YANG WAKTUNYA SEBENTAR

* ANDA TIDAK SELALU MENURUT PERINTAH DARI MANAJEMEN

* ANDA TIDAK SELALU BERADA DI POSISI YANG TELAH DITENTUKAN, BAHKAN SERING PERGI KETEMPAT LAIN

* ANDA TERLALU BANYAK MENGAMBIL ISTIRAHAT YANG TIDAK RESMI

* ANDA TIDAK MEMPUNYAI INISIATIF, SELALU HARUS DITEKAN DAN DIRANGSANG UNTUK DAPAT MEMULAI BEKERJA

* ANDA MENINGGALKAN TEMPAT KERJA ANDA DENGAN BERANTAKAN TERKADANG ANDA MENGABAIKAN PERINGATAN KESEHATAN DENGAN TIDAK MENGGUNAKAN PAKAIAN PELINDUNG YANG SEMESTINYA

* ANDA TIDAK PERNAH MENUNGGU USIA PENSIUN SEBELUM BERHENTI BEKERJA

* ANDA TIDAK SUKA BEKERJA DALAM DUA SHIFT

* ANDA TERKADANG MENINGGALKAN TEMPAT KERJA ANDA SEBELUM KERJAAN SELESAI

* DAN YANG TERPENTING ADALAH ANDA SELALU MEMASUKI DAN MENINGGALKAN TEMPAT KERJA DENGAN MEMBAWA DUA BUAH BUNGKUSAN YANG BENTUKNYA MENCURIGAKAN

Syarat sekretaris

Syarat sekretaris

Seorang sekretaris nan cantik ditugaskan oleh bosnya untuk menemani seorang raja minyak dr Arab yg menjadi klien penting bagi perusahaannya. Tertarik oleh kecantikannya, si raja tiba-tiba memintanya untuk menikahinya. Tentu saja sekretaris itu terkejut namun ia teringat perintah bosnya untuk tidak mengecewakan kliennya itu dalam bentuk apa pun.

Karena itu, ia memikirkan cara untuk menolak ajakannya dengan halus. "Baiklah, aku akan menikah denganmu dengan 3 syarat. Pertama, aku mau cincin kawin berlian 75 karat bertahtakan intan bermahkota tiga 200 karat."

Si raja terpekur sejenak dan kemudian mengangguk, "Ok, ok ana felikan, ana felikan"

Menyadari keadaan ini, si wanita kembali memikirkan syarat yang lebih susah. "OK, kedua, aku mau kamu buatkan istana di New York berkamar 100 dan sebagai rumah peristirahatan, aku mau vila di tengah kota Paris dengan 200 orang pelayan, 10 Ferarri dan 5 pesawat jet pribadi."

Sang raja minyak kembali terpekur, mengambil hand-phonenya dan mengontak sana sini. "Ok, ok, ana fuatkan, ana fuatkan"

"Gawat !", pikir si sekretaris. Dengan peluh sebesar kacang kedelai, ia kembali memikirkan syarat terakhir. Akhirnya, ia merasa mendapatkan syarat yang nyaris mustahil bisa dikabulkan oleh si raja ini. Sambil mengedipkan mata, ia berkata, "Oh, baiklah. Ini yang terakhir. Aku suka sekali dengan seks dan karenanya aku mau laki-laki yang menjadi suamiku mempunyai penis sepanjang 30 cm."

Si raja minyak tampak kaget dan kecewa sekali dengan syarat terakhir ini. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil sesenggukan. Akhirnya, sambil mengusap air mata dan menatap wanita itu dengan sedih, ia berkata, "Ok, ok, ana fotong, ana fotong deh"

Betaljemur

Cerpen Gunawan Maryanto
Betaljemur

BETALJEMUR hampir-hampir tak percaya pada apa yang dibacanya. Dalam kitab itu tertulis bahwa Bektijamal, ayahnya, mati dibunuh oleh saudara angkatnya, Eklaswajir. Kemudian paragraf-paragraf selanjutnya menerangkan bagaimana jalannya peristiwa tersebut. Semuanya jelas terbaca. Eklaswajir tega membunuh Bektijamal karena ingin menguasai harta Karun yang ditemukan saudaranya itu sendirian. Sementara Bektijamal memilih untuk mengembalikan harta tersebut kepada anak-turun Karun. Benar-benar di luar dugaan. Eklaswajir yang selama ini begitu menyayangi adik angkatnya tiba-tiba menjadi gelap mata dan tega melakukan kekejian serupa itu. Sehabis membunuh, memang sedikit muncul rasa bersalah dalam dirinya. Tetapi begitu matanya kembali menatap gunungan emas permata yang berkilauan di depannya, perasaan tadi hilang begitu saja. Berganti ketamakan dan kerakusan yang begitu menakutkan. Bukan hanya bagi orang lain, tapi juga bagi dirinya.

Karena takutnya Eklaswajir segera menguburkan jasad Bektijamal. Kemudian ia pulang ke rumah Bektijamal untuk menyampaikan pesan palsu kepada istrinya (yang tengah mengandung Betaljemur) bahwa Bektijamal tidak pulang dalam waktu dekat karena memutuskan untuk mengembara ke negeri-negeri yang jauh. Ia juga menitipkan Kitab Kadamakna yang semula dibawa oleh Bektijamal. Cepat-cepat ia meninggalkan rumah Bektijamal.

Kemudian ia mengumpulkan para budak untuk membangun dua gedung besar di depan gua tempat harta Karun tersimpan. Ia juga membangun tembok besar mengelilingi gua dan dua gedung besar itu. Hampir semua budak memendam pertanyaan yang sama, kenapa Eklaswajir, seorang anak patih kenamaan dari Medayin, membangun dua gedung besar jauh dari pusat kota. Setelah semuanya selesai Eklaswajir segera mengusir seluruh budak pekerjanya. Lalu ia mengangkut puluhan narapidana yang sudah divonis mati dan pada malam-malam yang gelap mereka diperintahkan untuk mengangkut keseluruhan harta Karun di dalam gua untuk dipindah ke dalam dua gedung besar yang baru saja selesai dibangun. Dan keesokan harinya, sebelum terbit matahari, Eklaswajir sendiri yang menjadi algojo mereka satu-persatu.

Sampai di halaman ini Betaljemur berhenti membaca. Hatinya berdebar tak karuan. Seluruh rahasia yang selama ini tersembunyi dari dirinya tiba-tiba terbuka dengan cara yang luar biasa. Akankah ia ceritakan semua ini kepada ibunya yang masih dengan sabar menantikan ayahnya pulang dari pengembaraan? Tidak sekarang. Begitu keputusannya. Nanti akan tiba waktunya ia mengabarkan kepada ibunya. Betaljemur juga memutuskan untk tidak membaca halaman-halamanan selanjutnya. Karena bagian selanjutnya adalah cerita perihal bagaimana Betaljemur membalas dendam kepada Eklaswajir. Ia memilih untuk tidak mengetahui bagaimana jalannya masa depan. Ia memilih untuk memasuki peristiwa, apa pun yang akan terjadi. Ia malah kembali ke halaman-halaman dari Kitab Kadamakna yang dipegangnya. Mempelajari berbagai ilmu yang tersurat dan tersirat di sana. Dengan tekun ia mempelajari seluruh tulisan tangan Lukmanakim, kakeknya yang memenuhi Kitab Kadamakna. Dalam waktu singkat ia telah menguasai semua pengetahuan dan kesaktian yang pernah dimiliki oleh kakeknya pada masa yang lalu. Tidak semuanya. Tepatnya seluruh ilmu yang tertulis dalam Kitab Kadamakna yang dipegangnya. Karena sebagaimana tersurat di sana, separuh kitab telah hilang direbut oleh Malaikat Jabarael yang tak ingin kepandaian manusia biasa bisa sejajar atau malah melebihi malaikat. Jadi bisa dikatakan, apa yang dikuasai oleh Betaljemur sekarang hanya separo dari sesuatu yang dimiliki oleh kakeknya, Lukmanakim yang agung. Contohnya, ia tak bisa membuat seorang tua kembali menjadi muda, sebagaimana kakeknya karena lembaran-lembaran yang berisi catatan tentang ilmu itu berada di tangan Malaikat Jabarael.

"IBU, kenapa baru sekarang-sekarang ini Ibu menyerahkan Kitab Kadamakna kepadaku?" tanya Betaljemur suatu kali ketika bertemu dengan ibunya.

"Begitulah yang selalu dipesankan ayahmu dulu. Jika usiamu telah menginjak dewasa, barulah kitab ini boleh diberikan kepadamu. Seandainya sekarang ayahmu ada di rumah, tentu dia sendiri yang akan menyerahkannya kepadamu. Ayahmu dulu juga mendapatkan kitab warisan kakekmu ini ketika dia seumuranmu sekarang."

"Apakah Ayah telah mempelajari seluruh isi kitab ini?" Betaljemur mencoba mengorek keterangan. Jika benar ayahnya telah menguasai seluruh ilmu dalam Kadamakna, tentu ia tak akan mudah diperdaya Eklaswajir.

"Tidak, Nak. Ayahmu sama sekali tak pernah membuka kitab ini. Aku tak tahu kenapa. Tapi ia pernah suatu kali bilang bahwa ia hanya ingin menjadi manusia biasa. Bukan orang sakti mandraguna dan memiliki pengetahuan seluas samudra sebagaimana kakekmu Lukmanakim. Justru pamanmu Eklaswajir yang pernah membacanya beberapa bagian."

Eklaswajir. Dada Betaljemur serasa akan meledak. Mendengar namanya saja seluruh tubuhnya telah bergetar oleh amarah.

"Kenapa, Nak? Ah, Ibu malah hampir lupa. Kita harusnya sesekali berkunjung ke rumah pamanmu itu. Paling tidak ibu berkewajiban mengenalkanmu kepadanya. Terakhir ia datang kemari ketika mengabarkan kepergian ayahmu. Ia juga yang menyerahkan Kitab Kadamakna titipan dari ayahmu ini."

"Di manakah rumah Paman Eklaswajir, Ibu?"

"Dia sekarang telah menjadi patih Medayin, menggantikan kakek angkatmu, Abujantir. Pamanmu tinggal di gedung besar yang dibangunnya di luar kota. Begitulah kabar yang kudengar. Entahlah kebenarannya. Ibu sebenarnya enggan bertemu dengannya. Takut mengganggunya. Sebagai patih kerajaan sebesar Medayin ini tentu ia memiliki kesibukan yang luar biasa. Buktinya ia sendiri tak pernah datang menengok kita di sini. Padahal dulu sebelum kamu lahir, sebentar-sebentar pamanmu itu datang berkunjung. Ia sudah seperti saudara kandung ayahmu saja."

Betaljemur bergidik, bulu-bulunya meremang, mendengar bagaimana ibunya memuji-muji kebaikan Eklaswajir. Rasa-rasanya ia ingin membuka seluruh kejahatan Eklaswajir saat itu juga. Agar ibunya berhenti menyebutnya sebagai paman. Agar ibunya juga bergidik dan meremang jika menyebut atau mendengar namanya. Tapi Betaljemur sebelum dan sesudah membaca Kitab Kadamakna adalah Betaljemur yang berbeda. Meski masih sama-sama berdarah panas, Betaljemur sekarang jauh lebih sabar, bijak dan berhati-hati dalam melakukan tindakan.

***

BETALJEMUR mulai menjalankan rencananya. Ia minta izin kepada ibunya untuk pergi ke kota barang satu dua hari. Jika ia tak pulang-pulang ibunya diminta menunggu dengan sabar, tak perlu mencari-carinya. Maka berangkatlah Betaljemur.

Tak sulit untuk menemukan gedung penyimpanan harta Karun milik Eklaswajir. Gedung itu kelihatan mencolok di tengah padang pasir gersang yang kosong tanpa tumbuhan atau bangunan secuil pun. Betaljemur tak silap lagi. Itulah bangunan yang dicarinya. Ia seperti sudah begitu mengenalnya. Apa yang digambarkan oleh Kitab Kadamakna tak meleset satu detail pun. Semuanya sama. Warna dan bentuk bangunannya. Tak ada yang meleset. Bahkan sudut jatuhnya cahaya yang mencipta bayangan kedua gedung itu. Betaljemur mendekati pintu gerbangnya. Mengetuknya dengan sopan. Seorang lelaki tua membuka pintu dan menanyakan maksud kedatangannya. Betaljemur mengaku sebagai musafir yang ingin berteduh barang sebentar untuk kemudian melanjutkan perjalanan. Lelaki tua penjaga gedung itu mempersilakan Betaljemur masuk.

"Anakmas bisa beristirahat sejenak di taman. Mungkin akan sangat menyegarkan."

Betaljemur diajak menuju ke taman di samping gedung penyimpanan harta. Sebuah taman rumput dengan mata air di tengahnya. Tak ada bunga atau tumbuhan besar. Hanya ada beberapa batu dengan beraneka ukuran disusun membentuk sebuah imaji yang tak terang tapi terasa begitu menenangkan. Betaljemur duduk di sebuah batu. Menikmati jernihnya kolam kecil yang mengelilingi mata air itu.

"Saya melanjutkan pekerjaan saya, Anakmas."

Pelan-pelan Betaljemur merebah dirinya di batu itu. Menikmati sejuknya angin yang terasa begitu lain dengan yang barusan ditemuinya di luar sana. Ia juga menikmati sepasang mata yang memperhatikannya tanpa berkedip dari salah satu jendela gedung.

"Hai, akan kau bawa kemana tiga ekor kambing itu, Pak?" tanya Betaljemur kepada lelaki tua yang melintas dengan menuntun seekor kambing. Bapak tua itu menghentikan langkahnya dan menatap Betaljemur dengan penuh keheranan.

"Nak, apa kau tak salah lihat? Aku hanya menuntun seekor kambing."

"Kambing itu sedang hamil, Pak Tua. Ada dua ekor anak kambing di dalam perutnya. Satu anak panjang sebelah kakinya. Yang lain belang punggungnya."

"Ah, Anakmas ini bercanda."

"Boleh kubuktikan, Anak Muda?" Seorang lelaki lain datang bergabung.

Dialah Eklaswajir. Betaljemur menatap lelaki setengah baya yang baru saja datang itu.

"Silakan, Gusti Patih," tantang Betaljemur.

Eklaswajir diam-diam mengagumi keberanian anak muda itu.

Pak Tua diminta untuk menyembelih kambing itu. Lalu Eklaswajir buru-buru menyobek perut si kambing dengan ujung pedangnya. Benar. Di dalam rahim kambing itu meringkuk dua ekor bayi kambing. Yang satu panjang sebelah kakinya. Yang lain belang punggungnya.

"Siapa namamu, Anak Muda?"

"Saya Betaljemur. Ayah saya Bektijamal," sahut Betaljemur dengan tenang. Eklaswajir bergetar. Hal yang selama ini ditakutkannya akan segera terjadi. Seluruh kebusukannya akan segera terbongkar. Tenang. Kata Eklaswajir menenangkan dirinya. Tak seorang pun tahu peristiwa pembunuhan itu selain dirinya dan tentu saja Bektijamal. Betaljemur tentu tak tahu apa-apa. Atau jika seandainya saja Betaljemur tahu, dengan mudah ia akan menyingkirkannya. Perkara selesai.

Eklaswajir tak mau mengambil risiko. Ia mengasumsikan Betaljemur telah mengetahui peristiwa pembunuhan ayahnya. Maka ia meminta seorang algojo untuk membawa Betaljemur ke sebuah tempat dan membunuhnya di sana.

"Anak Muda, aku ingin memperlihatkan sesuatu kepadamu. pelayanku akan mengantarkanmu ke sana. Anggap saja hadiah atas kewaskitaanmu dalam menebak isi perut kambingku."

Algojo itu menggandeng tangan Betaljemur dan meninggalkan gedung. Menuju ke sebuah tempat. Betaljemur diajak berjalan dan terus berjalan. Ketika sudah makan waktu beberapa saat, Betaljemur berhenti.

"Kenapa tidak di sini saja, Paman? Bukankah Paman diminta membunuhku. Kenapa harus berjalan jauh-jauh. Di tempat sesepi ini tak kan seorang pun tahu."

Algojo itu menjadi pucat. Ia tahu tengah berhadapan dengan seorang pemuda yang memiliki kelebihan yang tak dimiliki lumrahnya manusia. Lalalu algojo itu mengaku bahwa ia belum pernah sekali pun membunuh. Tiap hari ia berdoa agar tak pernah diperintahkan untuk membunuh. Semua itu hanya karena sulitnya mencari pekerjaan.

"Paman dari Ngabesi, bukan? Dan paman mengabdi pada Eklaswajir karena paman jatuh cinta pada puteri sulung Eklaswajir. Benar, bukan?"

Sang algojo semakin yakin bahwa ia berhadapan dengan manusia setengah malaikat.

"Eklaswajir telah menyuruh paman membunuh saya. Jika paman tak melakukannya, maka pamanlah yang akan dibunuh olehnya. Bukankah begitu logikanya?"

Algojo mengangguk.

"Jika paman tak mau membunuhku dan tak mau dibunuh oleh Eklaswajir, sekarang pergilah paman ke pasar paling dekat. Jika ada seseorang menuntun seekor kambing dari timur, belilah kambing itu tanpa paman tawar harganya. Lalu sembelihlah. Ambillah hatinya. Hanya itu yang kita butuhkan. Kambing itu sebenarnya adalah kambing kesayangan keluarga miskin itu. Dulu dibesarkan dan disusui sendiri oleh pemiliknya."

Lelaki dari Ngabesi itu segera berangkat ke pasar terdekat. Begitu sampai, tanpa harus menunggu terlalu lama, seorang ibu tua melintas menuntun seekor kambing dari arah timur. Algojo itu segera mencegatnya lalu membeli kambing itu tanpa ditawar-tawar lagi.

"Ooo... Terima kasih banyak, Ki Sanak. Sebenarnya kami tak ingin menjual kambing kesayangan kami ini. Tapi mau apalagi. Persediaan makanan kami semakin tipis. Maka terpaksa kami jual satu-satunya yang kami miliki ini. Dulu kambing ini saya susui sendiri karena begitu dia dilahirkan induknya hilang dicuri orang."

Algojo dari Ngabesi semakin kagum dengan kesaktian Betaljemur. Semuanya begitu tepat. Tak ada yang kelewat. Setelah membayar harga kambing algojo langsung menyembelih kambing itu dan mengambil hatinya.

"Ibu, saya hanya membutuhkan hatinya saja, bawalah kembali daging kambing ini."

Oleh Betaljemur algojo diminta kembali ke tempat Eklaswajir dan menyerah hati kambing itu kepada tuannya itu. Katakah saja itu adalah hati Betaljemur. Eklaswajir tak akan curiga karena hati kambing yang sejak kecil disusui manusia itu mirip benar dengan hati manusia.

Eklaswajir nampak gembira menerima hati Betaljemur yang dibawa oleh algojonya. Ia segera memerintahkan koki untuk memasaknya menjadi gulai. Segera setelah matang, ia memakannya tanpa sisa. Ketakutannya telah pergi.

***

SEMENTARA itu di Istana Medayin, Baginda Kobatsah sedang marah-marah. Ia merasa bermimpi tapi begitu bangun dari tidur ia sama sekali tak bisa mengingat mimpi itu sedikit pun. Hal ini berulang selama seminggu. Mimpi yang menurutnya sama persis. Ia yakin ada suatu pesan yang tengah disampaikan dalam mimpi itu. Maka ia berkeras untuk menemukan mimpinya yang hilang. Tapi tak seorang pun nujum istana dapat menemukannya. Juga seluruh peramal yang tersebar di seluruh Medayin. Semuanya gagal.

Patih Eklaswajir diminta menghadap.

"Eklaswajir, kau sudah tahu apa yang kuinginkan. Carilah orang yang mampu menemukan mimpiku yang hilang itu. Waktumu hanya sampai besok sore."

Eklaswajir mengiyakan. Karena ingin mendapat pujian ia menjawab.

"Baik, Yang Mulia. Jika sampai besok sore hamba tak mampu menemukan orang pintar itu, penggallah kepala hamba."

"Kupegang janjimu, Eklaswajir. Segera temukanlah orang itu."

Eklaswajir seperti tersadar dari mimpinya. Ia menyesal telah mengucapkan janji itu. Tapi sudah telanjur.

Di rumah ia gelisah. Ia segera menyesali keputusannya membunuh Betaljemur. Jika anak muda itu masih hidup sekarang tentu ia tak akan bersusah payah menemukan orang yang bisa membaca mimpi Baginda Kobatsah. Kegelisahan ini terbaca oleh algojo dari Ngabesi.

"Apakah ada yang bisa saya kerjakan, Tuan Eklaswajir?"

"Tidak ada. Besok aku akan mati menerima pidana dari Baginda. Jagalah seluruh keluargaku dengan sebaik-baiknya," jawab Eklaswajir dengan putus asa.

"Apakah tidak ada yang bisa dilakukan?"

"Satu-satunya orang yang bisa menolongku adalah orang yang baru saja kau bunuh tadi siang."

Algojo itu benar-benar merasa kasihan melihat kegundahan Eklaswajir. Ia ingin sekali bisa menolongnya.

"Tuan, mungkin saya bisa menolong. Tapi mohon ampunilah seluruh kesalahan saya," Eklaswajir menganggukkan kepala.

Algojo lalu menceritakan peristiwa sebenarnya, bahwa ia urung memancung kepala Betaljemur. Kelegaan menguasai diri Eklaswajir. Ia segera memerintah si algojo mencari Betaljemur dan membawanya kembali.

"Jemputlah ia dengan tandu kebesaran kepatihan. Payungilah ia dengan songsong pusaka Kepatihan Medayin."

Betaljemur kembali lagi menemui Eklaswajir. Tapi dasar Eklaswajir, ia malah memasukkan Betaljemur ke dalam penjara. Si algojo merasa bersalah. Tapi buru-buru menenangkannya.

"Tak apa, Orang Ngabesi. Betaljemur tak akan mati. Dan keinginanmu meminang puteri Eklaswajir akan segera terpenuhi."

Si algojo gembira bukan kepalang. Dengan ringan ia menggandeng Betaljemur ke penjara.

Dalam penjara Eklaswajir memaksa Betaljemur membaca mimpi Baginda Kobatsah. Tapi Betaljemur tak mau melakukanya. Mau tapi dengan syarat ia harus bertemu langsung dengan Kobatsah. Tentu saja Eklaswajir menolaknya. Ia tak mau seluruh kebusukannya pada masa lalu dibongkar Betaljemur di hadapan rajanya. Maka disiksalah Betaljemur dengan berbagai cara. Tapi Betaljemur tetap bungkam. Tubuhnya mampu menahan sakit sekeras apa pun. Eklaswajir kembali putus asa.

Sore yang dijanjikan telah tiba. Eklaswajir mengakui kegagalannya menemukan orang yang bisa membaca mimpi Baginda Kobatsah. Pidana pun segera dijatuhkan. Menjelang eksekusi, Eklaswajir berubah pikiran.

"Baginda, saya telah menemukan orang itu. Dia ada di penjara kepatihan."

Kobatsah tak habis pikir. Tapi ia segera memerintahkan prajuritnya untuk mengambil Betaljemur di penjara kepatihan. Tapi Betaljemur tak mau, kecuali dengan syarat, Eklaswajir mau menjadi kuda tunggangannya dari kepatihan menuju istana.

Eklaswajir tak bisa apa-apa. Baginda sendiri yang mengikatkan tali kekang di hidung dan mulutnya. Juga menaruh pelana di punggungnya. Maka terjadilah peristiwa yang menggemparkan Medayin. Betaljemur menaiki punggung Patih Eklaswajir laiknya menunggangi seekor kuda. Rakyat Medayin memenuhi jalan-jalan yang dilewati kuda istimewa itu. Tiap kali kuda itu berhenti karena kelelahan, Betaljemur mencambuknya dengan keras. Rakyat bersorak-sorai. Kebencian yang selama ini dipendam dalam-dalam terhadap kepeminpinan Eklaswajir mendapatkan katup pelepasnya. Mereka berteriak mengejek dan menuntut Eklaswajir atas dosa-dosa masa lalunya.

"Kembalikan suamiku yang hilang dalam pembangunan gedungmu!"

"Kembalikan uang kami yang kau tarik dengan paksa!"

Kobatsah menatap arak-arakan itu dari kejauhan. Dilihatnya seorang pemuda yang entah kenapa begitu menggetarkan perasaannya. Siapakah dia? Masa depan Medayin seperti berada dalam genggamannya.

Jogjakarta, Agustus 2007

Catatan: Kisah ini berangkat dari Serat Menak karya R Ng Yasadipura yang digubah dari Serat Menak Kartasura yang ditulis Carik Narawita dari khazanah sastra Melayu Hikayat Amir Hamzah yang diturunkan dari Qissa il Emir Hamza, wiracarita dari Parsi

Seorang Gadis yang Seratus Persen Sempurna

Haruki Murakami
Seorang Gadis yang Seratus Persen Sempurna
PADA suatu pagi di bulan April, di sebuah jalan sempit di sekitar Harajuku, aku berpapasan dengan seorang gadis yang seratus persen sempurna.

Sejujurnya, gadis itu tak terlalu cantik. Dia tidak luar biasa. Pakaiannya juga tak istimewa. Bagian belakang rambutnya masih tertekuk menyisakan bekas habis tidur. Dia sudah tidak terlalu muda lagi, pasti sudah mendekati tiga puluh tahun, bahkan sebetulnya tidak tepat disebut "gadis". Namun, dari jarak empat puluh meter aku tahu: dialah gadis yang seratus persen sempurna bagiku. Begitu aku melihatnya, ada sesuatu yang bergemuruh di dadaku dan mulutku jadi terasa kering seperti gurun pasir.

Mungkin kau memiliki tipe perempuan kesukaanmu, perempuan berkaki ramping, misalnya, atau bermata lebar, atau berjari lentik, atau kau tertarik tanpa alasan yang jelas kepada para perempuan yang kalau makan lama sekali. Aku punya persyaratanku sendiri, tentu saja. Terkadang di sebuah restoran aku menyadari menatap seorang gadis yang duduk di meja sebelahku karena aku menyukai bentuk hidungnya.

Namun, tak seorang pun ngotot bahwa gadis yang seratus persen sempurna baginya berkaitan dengan tipe tertentu. Walaupun aku amat menyukai bentuk hidung tertentu, aku tidak bisa mengingat bentuk hidung gadis itu, jika hidungnya memang termasuk bentuk hidung kesukaanku. Yang bisa kuingat dengan pasti adalah dia tidak terlalu cantik. Itu aneh.

"Kemarin di jalan aku berpapasan dengan seorang gadis yang seratus persen sempurna," kataku pada seseorang sesudah kejadian itu.

"Ya?" ujarnya, "Cantik?"

"Tidak terlalu."

"Tipe kesukaanmu, kan?"

"Aku tidak tahu. Aku tidak bisa mengingat sesuatu tentang ia, bentuk mata atau ukuran payudara."

"Aneh."

"Ya. Aneh."

Temanku menimpali dengan bosan, "Jadi, apa yang kamu lakukan? Mengobrol dengan ia? Membuntuti ia?"

"Tidak. Hanya berpapasan dengan ia di jalan. Ia berjalan dari timur ke barat, dan aku berjalan dari barat ke timur. Saat itu sungguh suatu pagi yang indah di bulan April."

Seandainya saja aku bisa mengobrol dengan ia. Setengah jam sudah cukup lama untuk itu: bertanya tentang diri, bercerita padanya tentang diriku, dan... yang sesungguhnya ingin sekali kulakukan, menjelaskan pada ia kerumitan takdir yang membawa kami berpapasan di sebuah jalan di Harajuku pada suatu pagi yang indah di bulan April 1981. Ini adalah sesuatu yang penuh rahasia, seperti sebuah jam dinding antik yang dibuat ketika dunia dalam keadaan damai.

Setelah mengobrol, kami akan makan siang di suatu tempat, atau mungkin menonton film Woody Allen di bioskop, lalu nongkrong di sebuah bar hotel untuk minum cocktail. Bila aku beruntung, mungkin kami akan berakhir di atas ranjang.

Kemungkinan itu mengetuk pintu hatiku.

Kini jarak di antara kami menyempit menjadi sekitar lima belas meter.

Bagaimana aku bisa mendekati ia? Apa yang harus kukatakan?

"Selamat pagi. Apakah menurutmu kita bisa mengobrol setengah jam saja?"

Konyol. Aku terdengar seperti seorang penjual asuransi.

"Permisi. Apakah kamu tahu binatu yang buka sepanjang hari di sekitar tempat ini?"

Tidak. Itu juga konyol. Aku tidak membawa cucian. Siapa yang akan percaya kalimat semacam itu?

Mungkin kejujuran akan berhasil. "Selamat pagi. Kamu adalah gadis yang seratus persen sempurna untukku."

Tidak, dia tak akan percaya. Atau mungkin dia percaya, tapi tak ingin berbicara denganku. Maaf, begitu katanya barangkali, aku mungkin saja gadis yang seratus persen sempurna bagimu, tapi kamu bukanlah pemuda yang seratus persen sempurna untukku.

Itu bisa saja terjadi. Dan jika aku mengalami hal semacam itu, aku mungkin akan hancur berkeping-keping. Aku tak akan pernah pulih dari guncangan. Usiaku kini tiga puluh dua tahun dan begitulah rasanya menjadi dewasa.

Kami berpapasan di depan sebuah toko bunga. Udara lembut menyentuh kulitku. Aspal terasa lembab dan aku menangkap aroma mawar yang meruap. Aku tak bisa memaksa diri berbicara dengan gadis itu. Dia mengenakan sweater putih dan tangan kanannya memegang selembar amplop putih yang belum ada prangkonya. Jadi, ia menulis sepucuk surat pada seseorang, mungkin sampai menghabiskan waktu semalaman untuk menulisnya, karena matanya tampak mengantuk. Amplop itu mungkin berisi segala rahasia yang ia miliki.

Aku melangkah beberapa kali dan menoleh: ia sudah lenyap dalam kerumunan.

Kini, tentu saja, aku tahu dengan tepat apa yang seharusnya kukatakan kepada ia. Mungkin terlalu panjang untuk kusampaikan dengan layak. Gagasan-gagasan yang terpikir olehku tidak pernah praktis.

Begitulah. Apa yang kukatakan itu akan diawali dengan "Pada suatu ketika" dan diakhiri dengan "Sebuah kisah yang sedih, bukan?"

Pada suatu ketika, hiduplah seorang pemuda dan seorang gadis. Pemuda itu berumur delapan belas tahun dan si gadis berumur enam belas tahun. Pemuda itu tidak terlalu ganteng dan si gadis juga tidak terlalu cantik. Mereka hanyalah seorang pemuda biasa yang kesepian dan seorang gadis biasa yang kesepian, seperti halnya orang-orang yang lain. Namun, mereka percaya sepenuh hati bahwa di suatu tempat di dunia ini hiduplah seorang pemuda yang seratus persen sempurna dan seorang gadis yang seratus persen sempurna bagi mereka. Ya, mereka percaya pada keajaiban. Dan keajaiban itu sungguh-sungguh terjadi.

Suatu hari keduanya bertemu di sudut sebuah jalan.

"Ini menakjubkan," ujar si pemuda. "Aku telah mencarimu sepanjang hidupku. Kamu mungkin tidak percaya, tapi kamu adalah gadis yang seratus persen sempurna untukku."

"Dan kamu," sahut si gadis, "adalah pemuda yang seratus persen sempurna untukku, tepat seperti bayanganku hingga hal-hal paling sepele. Seperti mimpi saja."

Mereka lalu duduk di atas bangku di sebuah taman, berpegangan tangan, dan menceritakan kisah mereka masing-masing selama berjam-jam. Mereka tak lagi kesepian. Mereka telah menemukan dan ditemukan oleh pasangan seratus persen sempurna mereka. Hal yang paling menakjubkan di dunia adalah menemukan dan ditemukan oleh pasangan seratus persen sempurna kita. Ini adalah sebuah keajaiban kosmis.

Saat mereka duduk dan bercakap-cakap, secercah kecil keraguan muncul di hati mereka: Tak anehkah mimpi-mimpi seseorang menjadi kenyataan dengan begitu mudah?

Dan begitulah, ketika tiba saat jeda dalam percakapn mereka, si pemuda berkata kepada si gadis, "Mari kita uji diri kita, sekali saja. Jika kita sungguh-sungguh pasangan seratus persen sempurna masing-masing, maka pada suatu waktu, pada suatu tempat, kita pasti akan bertemu lagi tanpa kesulitan. Ketika itu terjadi dan kita tahu bahwa kita adalah pasangan seratus persen sempurna masing-masing, kita akan menikah. Bagaimana menurutmu?"

"Ya," jawab si gadis, "itulah yang harus kita lakukan."

Dan mereka pun berpisah, si gadis pergi ke timur, dan si pemuda melangkah ke barat.

Ujian yang mereka sepakati sebenarnya tidak diperlukan karena mereka sungguh-sungguh kekasih sempurna seratus persen bagi yang lain dan merupakan sebuah keajaiban mereka bisa bertemu. Namun, mustahil mereka mengetahui hal ini pada usia semuda itu. Ketika mereka tersadar, kepala mereka sekosong rekening bank DH Lawrence muda.

Mereka berdua sebetulnya adalah dua orang muda yang cerdas. Melalui upaya yang terus-menerus mereka mampu mendapatkan pengetahuan dan perasaan yang membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang berhasil. Syukur kepada Tuhan, mereka menjadi warga negara yang sungguh-sungguh bertanggung jawab yang tahu bagaimana beralih dari satu jalur kereta api ke jalur kereta api lainnya dan paham bagaimana mengirim sepucuk surat kilat khusus di kantor pos. Mereka bahkan bisa merasakan cinta lagi, terkadang bahkan cinta tujuh puluh lima hingga delapan puluh lima persen.

Waktu berlalu begitu cepat dan dengan segera si pemuda telah berumur tiga puluh dua tahun, sedangkan si gadis tiga puluh tahun.

Pada suatu pagi di bulan April, saat mencari secangkir kopi untuk mengawali hari, si pemuda berjalan dari barat ke timur, sementara si gadis yang bermaksud mengirimkan sepucuk surat kilat khusus, berjalan dari timur ke barat.

Keduanya berjalan sepanjang jalan sempit yang sama di daerah Harajuku, Tokyo. Mereka saling berpapasan di tengah jalan. Sinar pudar sisa ingatan mereka yang telah lenyap berkilau amat singkat di hati mereka. Masing-masing merasakan gemuruh di dada mereka. Dan mereka tahu:

Gadis itu seratus persen sempurna untukku.

Pemuda itu seratus persen sempurna untukku.

Namun, kilau ingatan mereka terlalu lemah dan pikiran mereka tak lagi mengandung kejelasan seperti empat belas tahun sebelumnya. Tanpa sepatah kata, mereka berpapasan, lalu lenyap dalam kerumunan. Selamanya.

Sebuah kisah yang sedih, bukan?

Ya. Itu dia. Itulah yang seharusnya kukatakan kepada gadis itu.


Catatan:
Haruki Murakami lahir di Kyoto, 1949. Ia adalah pengarang Jepang paling terkemuka saat ini. Karya-karyanya antara lain Norwegian Wood (1987) dan Kafka on the Shore yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan menjadi buku laris di mana-mana. Cerpen ini diterjemahkan dari bahasa Jepang oleh Jay Rubin, profesor sastra Jepang di Universitas Harvard, dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Anton Kurnia dari judul semula On Seeing 100% Perfect Girl One Beautiful April Morning dalam kumpulan cerpen The Elephant Vanishes; Vintage, London: 2003.

Anak Semata Wayang

Cerpen Whani Darmawan
Anak Semata Wayang

SELEMBAR diary tersibak, sebaris puisi tertera...

Ayah,....

Tuliskanlah darahmu, di atas kanvas putih jiwaku. Agar tak hanya kukenang selalu, tetapi mengalir juga dalam derasan darahku....


Wanadri tertegun. Jelas itu buku harian anaknya yang masih berusia delapan tahun. Apakah anak usia sewindu bisa menulis seperti itu? Jangan-jangan ia hanya menjiplak bait puisi yang ia temukan dalam koleksi buku yang ada di rak. Tetapi apa maksudnya? Mengertikah ia?

Wanadri meletakkan sapu yang sedang dipegangnya. Ia duduk, seolah bersiap memecahkan teka-teki sudoku yang gampang-gampang sulit.

"Hidup seperti mimpi," gumamnya kemudian tanpa mengerti pasti mengapa tiba-tiba kalimat padat itu terlontar demikian. Mungkin, ya, hidup memang seperti mimpi. Sudah setara umur anaknya ia menduda, semenjak Surati isterinya meninggal dalam kecelakaan gantung diri. Waktu itu Surati ketakutan tak mampu menjawab kebutuhan ekonomi, dan ketakutan akan hamil lagi. Wanadri merasa, kadang peristiwa dan persoalan hidup memang sulit untuk dipahami, kendati sesuatu sungguh-sungguh terjadi. Cerita seperti yang terjadi pada dirinya kadang-kadang lebih bisa dipercaya jika dilihat sebagai film. Ia sendiri dulu juga pernah menyangkal, kenapa kepahitan hidup bisa menimpa dirinya, tetapi selang ia merenung, ia sendiri menganggap bahwa pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sombong. Seolah menafikan dirinya sebagai manusia yang tak bakal bisa terjamah oleh peristiwa pahit sepahit-pahitnya. Ia pun menghela napas dan tafakur sejenak memohon ampunan atas kelancangan pertanyaannya itu kepada Tuhan.

Wanadri mengempaskan napasnya.

Masa itu sudah lama sekali. Wanadri sudah tak ingin mengingatnya. Tetapi ada yang ia lupa. Lupa mengingat rasa sakitnya. Itu mengherankan dirinya. Sudah lama ia tidak lagi bisa merasakan apakah ia sedih ataukah gembira, apakah perlu menangis ataukah tertawa. Seolah semua kelengkapan hidup, penderitaan, semua sudah lewat. Anaknya semata wayang menggoreskan tekad, bahwa ia tidak boleh menghindar dari tanggung jawab.

Wanadri menyadari gerunjalan napasnya, dan kembali menunduk mencermati jilidan kertas tulis di tangannya,....


Ayah,

Rekamlah kisahmu dalam recorder otakku. Agar tak hanya terngiang selalu, tetapi mengebor dalam pilihan sikap hidupku. Agar senantiasa cerita kepahlawanan sehari-hari menjadi milikku. Menjadi kakiku.


Ia tulis ini semua tentang kepahlawanan? Dari mana anak ini mampu menulis dengan bahasa dan pemaknaan sedalam itu!? Wanadri tak ingin mengecilkan arti anak kecil, ia hanya merasa takjub setakjub-takjubnya. Apakah ada kelainan spiritual pada anaknya tersebut? Ataukah kecerdasan emosinya terlalu tinggi? Hmm,...kepahlawanan. Itukah yang selama delapan tahun Wanadri lakukan kepada anaknya? Wanadri tak yakin dirinya seheroik kata-kata itu. Sepenuhnya ia hanya merasa tanggung jawab. Lumrah kalau ia melakukan hal-hal yang itu bisa mencukupi kebutuhan jiwa-raga anaknya. Oleh teman-temannya, Wanadri dijuluki sang akrobater. Pemain sirkus. Tentu, julukan itu bermakna canda, ledekan, sekaligus serius. Pagi hari sebelum termenung di hadapan mesin tulis, ia memasak untuk sarapan anaknya, kemudian mengantarnya ke sekolah. Siang pada saat ia istirahat, ia menjemput anaknya. Jika tak satu pun teman anaknnya itu muncul, ia taruh anaknya di antara tumpukan kertas, koran dan buku. Menggambar, mencoret-coret, menjadi permainannya yang biasa. Kadang waktu menulis dan mengasuh anak bertubrukan tak terelakkan. Wanadri sering memilih untuk menemani anaknya. Ada kalanya antara perasaan dan tubuhnya ia rasakan seperti cerai-berai. Antara tubuhnya yang lelah dengan kehendak ingin menemani anaknya guna mendapatkan dunia permainan yang semestinya sesuai umurnya. Bahkan ia pernah punya suatu simpulan atas peran orangtua kepada anaknya dan kemauan untuk menulis. Di tengah kepap pikirannya ia sering menarik napas dalam, "Ini keperkasaan ataukah kebodohan?" gumamnya. "Ataukah sesuatu yang biasa saja."

Apakah sikap bela semacam itu yang diterjemahkan anaknya menjadi kata "pahlawan sehari-hari?" Siapakah sesungguhnya anaknya itu?

Wanadri berdiri. Di tangannya masih terpegang buku harian anaknya. Ia berjalan menuju kamar dan mendapatkan anak itu tertidur pulas. Napasnya halus. Pelupuk matanya licin seperti diolesi minyak. Bibirnya ranum memerah.

"Siapakah kamu?" bisik Wanadri lembut, lebih kepada diri sendiri.


Ayah,

Ajarkanlah kesetiaan kepadaku. Agar tak hanya jadi bualan, tetapi menjadi serat dalam dagingku.


Memang. Ada beberapa peristiwa aneh tentang perilaku anaknya, yang membuat Wanadri tegang, cemas, sekaligus takjub. Pertama, saat ia berumur tiga tahun. Pada saat itu Wanadri sungguh-sungguh merasa naas. Tidak ada pekerjaan yang masuk hingga tabungannya ludes untuk bertahan hidup. Wanadri sangat cemas dan mengutuk dirinya sendiri. Menghakimi dirinya sebagai orangtua yang tidak becus. Bahkan untuk kebutuhan pokok anaknya pun ia harus berhutang. Tetapi ia tidak mampu berkelit. Ia ingat betul bagaimana ia memarahi anaknya karena anaknya tersebut tidak mau makan dan minum susu yang uangnya ia dapat dari pinjam. Bahkan anaknya sampai menangis ketakutan, meski tetap tak mau makan. Baru sehari kemudian anaknya itu mau makan dan minum seperti biasa. Tetapi anehnya, sehari kemudian ia kembali mogok makan. Wanadri sunguh-sungguh marah. Tetapi belum lagi tumpah emosinya, seorang tua tetangganya yang kebetulan lewat nyeletuk, "Anak nggak mau makan itu biasa. Kalau sehari makan sehari tidak, yaa....siapa tahu, mungkin dia sedang nDaud?"

Wanadri tercengang. Anak tiga tahun melakukan puasa Daud? Ia tidak ingin percaya, tetapi setelah anaknya melakukan pola makan demikian, ia menyerah, meski ia sangat cemas, khawatir kalau anaknya sakit. Setelah Wanadri mendapatkan pekerjaan, anaknya menghentikan kebiasaan makan melompat hari tersebut.

Peristiwa kedua pada saat Saketi, anaknya itu, berumur lima tahun. Oleh karena centang-perentang keinginannya untuk menemani anaknya dan kemampuan fisik dan psikisnya terbatas, Wanadri mengalami stres. Ia jadi sering marah dan membentak. Ia tahu itu tidak baik, tetapi ia tak mampu mengendalikan. Jika pada saat demikian datang, Saketi hanya terdiam. Hal yang ia lakukan kemudian adalah mengambil sapu kemudian menyapu lantai, atau mencuci piring dan gelas yang masih teronggok di jerambah sumur. Wanadri mau nangis menghadapi ketidakmampuannya. Wanadri merasa bahwa ia harus membebaskan diri dari himpitan itu. Ia pun mengajak anaknya untuk berenang di telaga Perwitasari -sebuah telaga berdebit raksasa dengan ukuran melingkar dua kali lapangan sepak bola, dengan kedalaman tak seorang pun tahu pasti.

Pada saat itu, Saketi justru tidak mau berenang. Ini sesuatu yang aneh, mengingat Saketi sangat suka bermain air. Jadilah Wanadri berenang sendirian, melepaskan penat pikiran dengan air. Berenang kian kemari, menyelam, melompat, seakan Wanadri lupa diri. Anaknya hanya menunggui di pinggir telaga sambil terus memandang bapaknya. Peristiwa tak dapat ditebak. Pada saat Wanadri berada di tengah telaga, perutnya terasa mengejang. Ia mencoba melawan, tetapi kejang di perut serasa mencengkeram seluruh kemampuannya berenang. Berkecipak tangan Wanadri bergerak serabutan. Ia kemudian tak ingat apa pun. Dan ketika terbangun banyak orang merubungnya. Anaknya menangis laiknya anak kecil kehilangan orangtua. Yang mengagetkan Wanadri kemudian adalah ungkapan orang-orang yang merubungnya,

"Siapakah anak bapak itu?"

Apa maksudnya? Wanadri tak dapat menjawab, karena tak mengerti maksud pertanyaan itu.

"Siapakah anak kecil itu?" tandas mereka lagi.

"Ya anak saya...kenapa?"

"Bukan. Anak bapak tadi berlari di atas air dan menyeret bapak, seperti ia sedang menyeret sesuatu di daratan."

Wanadri tidak mengerti. Ia memandang anaknya yang masih mewek dengan air mata berderai.

"Kamu tadi yang menyelamatkan bapak dari tenggelam?"

"Yaa...," ujar dia sambil merengek.

"Bagaimana?"

"Berenang..."

"Tidak! Dia tadi berlari! Sumpah demi Tuhan! Anak kecil itu tadi berlari di atas air!"

Serentak orang-orang itu bicara hal yang sama, nyaris keras seperti bantahan. Saketi semakin ketakutan dan merangkul bapaknya. Wanadri segera memeluk anaknya dan mengakhiri kemustahilan ini; pulang.

Benak Wanadri terus digumuli ketakjuban. Siapakah kamu, anakku? gumamnya dalam hati sambil memandangi wajah anaknya yang pulas tertidur. Tetapi perenungannya tidak tuntas. Sedari tadi ia terganggu oleh suara pertengkaran tetangga sebelah. Di pelataran, Wanadri melihat isteri Sokran si tukang becak, sedang mengusir suaminya,

"Macam bayi saja kamu! Uang sekolah anakmu kamu makan! Kemarin kamu curi gajiku, sekarang berani-beraninya kamu mau jual televisi hanya untuk berjudi!"

"Judi itu menganakkan uang. Nanti kalau menang juga untuk siapa!?" bantah Sokran.

"Kapan kamu menjadi pemenang!! Selamanya bayi ya tetap bayi! Minggat kamuu!"

Sementara mak dan bapaknya terlibat dalam baratayudha itu, Kopet, anak lelaki satu-satunya pasangan sangar itu terdiam sambil tangannya terus melap sepedanya. Drama pun selesai. Wanadri masuk.

Rasa takjub kepada anaknya mengalahkan peristiwa rumah tangga Sokran. Tiba-tiba terlintas kecemasan dalam diri Wanadri bahwa dia kelak tidak akan mampu menghadapi anaknya. Karena tiba-tiba saja ia merasa menjadi orang asing kepada anaknya. "Adakah antara anak dan orangtua itu sesungguhnya asing?" batin Wanadri. Adakah orangtua-anak yang sungguh-sungguh bisa memahami siapa mereka sesungguhnya, dan hubungan macam apa yang sesungguhnya berlangsung? Jika ketidaktahuan muncul, tidakkah sebaiknya sesama manusia saling menghormati, supaya tidak membuat kesalahan.

Wanadri meraih tangan anaknya di tengah lelap tidurnya. Ia cium punggung tangan anaknya, seperti ia mencium tangan kiai. Hatinya bergumam, "Kamu anakku, kamu bukan anakku. Mungkin saja kita ini kawan yang dijodohkan. Shubanallah.... (35)

Omahkebon, Juli 2007.


Sebatang Pohon Tomat dan Batu Nisan

Sebatang Pohon Tomat dan Batu Nisan
Hamdy Salad


LELAKI itu memang aneh. Hampir setiap hari ia datang ke kuburan dengan sebotol Aqua di tangan. Lalu menyiramkan air dalam botol itu ke atas gundukan tanah yang membujur di antara dua batu nisan. Memang, ada pohon tomat yang tumbuh di situ. Tetapi apa keistimewaan sebatang pohon tomat?

Begitulah, lelaki itu selalu datang dan kemudian pergi. Membuka dan menutup masa lalu antara tiga sampai jam enam sore. Seturut waktu ketika istrinya sedang sakaratul maut, dan kemudian mengembuskan napas terakhir kali bersamaan tenggelamnya matahari. Namun tak banyak yang tahu, kenapa ia begitu sayang dengan sebatang pohon tomat yang tumbuh di atas kubur istrinya.

Pada mulanya, orang-orang kampung mengira bahwa lelaki setengah baya itu sudah gila. Setidaknya sedang diserang oleh depresi dan putus asa karna tidak mampu melupakan beban berat kehidupan nyata, amanat bumi yang tak bisa diangkat, walau siang dan malam telah berganti berulang-ulang. Apalagi jika orang hanya melihat pada sosoknya. Pada penampilan yang terlihat oleh mata telanjang. Tak ada pilihan lain kecuali menyebutnya sebagai lelaki miring, kurang waras atau sinthing.

Memang, jika dilihat dari cara berjalan, langkah kakinya sedikit goyang dan miring. Menekan kuat sandal jepit warna merah. Kadang condong ke kiri, kadang juga ke kanan. Matanya cekung, menatap jauh ke alam lain yang tak bisa disentuh. Wajahnya kuyu dan berminyak. Pakaiannya sedikit kumal, kuning daun layu, karena selalu itu yang menempel di tubuhnya setiap kali datang ke kuburan. Dan seolah, bau keringat yang keluar dari lubang pori-pori kulitnya, sudah lama tak diingat. Dibiarkan leleh dan lekat seperti cairan lumpur warna cokelat.

Sepertinya, kecuali aku, tak ada orang lain yang pernah bertanya kenapa lelaki itu selalu datang dan pergi ke tempat yang sama. Melakukan kegiatan yang sama dari hari ke hari. Hingga aku mingintai sosoknya sampai ia melintasi pagar dan masuk ke dalam rumahnya yang sunyi. Sendiri. Sepertinya juga, hanya aku yang pernah mendekati dan mengajaknya bicara pada suatu ketika. Entah kapan, aku pun lupa, tanggal berapa dan hari apa saat kali pertama aku duduk di sampingnya. Berdua di antara batu nisan. Mendekap zaman yang telah berubah menjadi bayang-bayang.

"Di penghujung tahun lalu, istriku, istriku..."

Lelaki itu tergagap. Lalu memutar lidahnya sedikit demi sedikit dengan potongan kalimat yang sulit dipahami. Dan dengan potongan-potongan kalimat itu, aku mulai tertarik untuk menyusun kisahnya. Kisah lampau yang mengiang dalam ingatanku. Membuat aku lebih mengerti, dan memahami kelakuannya yang aneh itu sebagaimana adanya. Juga soal perempuan yang amat sangat dicintai, walau kini telah di alam baka dan belum memberi keturunan sampai akhir hayatnya.

"Kalau saja aku tahu bahwa penyakit itu dapat disembuhkan dengan tomat... mungkin saja sudah terwujud kebun tomat di belakang rumahku. Ya Tuhan..."

Serupa lembaran buku yang mulai terbuka, setiap orang boleh membaca dan menafsir segala abjad yang melintas di dekat pelupuk mata. Begitu pun aku, meski tak sesempurna telinga kelinci dalam menangkap sinyal mangsanya, kemampuanku untuk menyusun huruf dan kata-katanya, tidak sedikit orang yang percaya pada cerita ini.

"Kalau saja aku bisa membuat serbuk dari biji-biji tomat, mungkin saja bukan hanya istriku, tapi juga orang lain yang mengalami penderitaan serupa... kalau saja aku tahu ada penyakit yang telah menyerangnya, sejak sebelum kukenal cintanya. Ya Tuhan, kalau saja aku..."

Penyesalan itu kemudian mengalir ke dalam telingaku. Lalu menumpuk dan tersusun serupa benteng luka dalam kehidupan manusia. Kelahiran dan kematian. Pertemuan dan perpisahan. Begitu cepat, bak kilat menyembur di udara fana. Tak seorang pun yang bisa mengingat kecuali hanya menerka. Membayangkan kisah lama dalam kehidupan baru. Membayang juga akhirnya kisah mula lelaki itu.

Enam ratus menit sebelum malaikat Izrail mencabut nyawa istrinya, perempuan yang sangat dicintai itu meninggalkan wasiat kepadanya. "Jika kumati, tanamlah pohon tomat di atas kuburku, dan jangan biarkan pohon itu mengering tanpa buah, lalu rata ke tanah seperti tubuh dan jiwa dalam rahimku." Ketika itu, degup jantung sang istri merasuk ke dalam degup jantungnya. Hingga lelaki yang belum merasai nikmat menjadi bapak itu tak bisa menolak. Apalagi mangkir, meminta ralat atas permohonan sang istri untuk kali terakhir. Bahkan tak sempat juga ia mengingat kenapa wasiat itu diucapkan. Kenapa pula bukan soal harta gono-gini, soal adik dan perempuan lain yang mampu menghargai kepergiaannya ke hadirat ilahi.

"Aku menyesal, dan hanya itu yang bisa kulakukan untuk mengingatnya. Aku menyesal, karena telah menolaknya untuk menanam tomat dalam sebuah pot bunga. Aku menyesal karena selalu menyangkal untuk menyediakan buah tomat dalam kulkas, dan di atas meja makan. Ya Tuhan...."

Lelaki itu kemudian runduk. Menyerupa bunga matahari yang telah tua. Menghadapkan wajahnya ke atas gundukan tanah. Memukuli dahi berulang-ulang dengan dua kepalan tangan. Lalu menepis cincin kenangan dari jari manis, dan menyelinapkannya di antara kering bunga. Kemudian bersijingkat, mendekap kayu nisan sembari berucap dengan penuh semangat. Tapi aku tak sempat bertanya, kecuali mendengarkan. Kadang menatap dan memperhatikan gumpalan sesal yang meleleh di pipinya. Mengurai yang ada dan tiada dengan air mata Sudah lebih dari sepuluh tahun, sesalnya lagi, belum tahu kesenangan istrinya. Belum tahu pula masalah penyakit yang diderita sampai beberapa hari sebelum meninggal.

"Kau memang tomat. Wajahmu ranum seperti tomat matang yang baru dipetik dari kebun...."

Lelaki itu memuji ke arah batu nisan, dan terdiam dalam impian. Lalu aku berkata sekenanya, mengisi kesempatan yang terbuka di dekatnya.

"Sebatang pohon tomat adalah satu di antara jutaan pabrik kimia raksasa yang diciptakan Tuhan di muka bumi ini...."

Entah apa. Kata-kata itu terdengar nyaring di telinganya seolah bunyi dan nasihat yang sedang dicari. Lalu ia mendongak, kedua matanya tebelalak. Seolah ada pesan dari langit yang baru turun ke bumi. Tergagap dan berharap lebih banyak, untuk mendengar suara yang sudah lama dinanti setiap kali datang di atas kuburan sang istri.

"Bagaimana jika bukan di atas kuburan ini, tapi di kebun atau di halaman rumah saja pohon tomat itu ditanam dan dirawat sebaik-baiknya," aku berbisik di dekat daun telinga kanannya.

"Oh... Istriku! Kalau saja aku tahu bahwa tubuhmu memerlukan tomat, tentu aku tak merasa ragu untuk mengatakan cintaku padamu. Sebab aku tak perlu menulis surat cinta yang panjang saat itu, saat pertama aku terpikat oleh cahaya jiwamu..."

"Buah dan sayur tumbuh dari tanah yang sama, dari air yang sama, dari tempat yang sama, tapi tetap saja beda rasa dan aromanya. Apa yang menyebabkan lombok, terong, dan tomat berbeda rasa, berbeda pula manfaatnya, tak ada yang tahu secara nyata. Tak ada juga yang mengerti kenapa buah-buah itu tidak bercampur warna dan keindahannya."

Kutambah kata di telinganya. Segala yang melintas di pikiran, kuucapkan begitu saja sebagai umpan. Karena memang aku pernah membaca bahwa pohon tomat atau solanum lycopersicum, disebut juga sebagai apel cinta. Love aplle. Sejenis buah yang mengandung sari obat bagi para pecinta.

"Aku ingin menyatakan cinta pada istriku dengan buah tomat. Lalu kutaman biji tomat dalam pot bunga... lalu kusiram setiap hari, sambil menunggu cintaku tergores di kulit buah yang ranum itu...."

"Dulu sekali ada orang menanam biji, lalu tumbuh dan disebut sebagai pohon tomat. Kemudian ada orang lain yang menanamnya lagi, dan menjadikan buahnya sebagai obat untuk menyembuhkan kanker usus."

"Aku tak mau! Aku tak ingin, sayang, jiwamu seperti tomat matang, yang lembek jika dibanting ke lantai, hingga lantai jadi becek oleh biji dan dagingnya...."

Lelaki itu menangis. Meneteskan air mata. Entah yang keberapa. Ia berteriak ke arah langit yang mulai gelap. Seolah ingin memanggil matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat. Mengharap dan menyayang segala yang akan dan telah menghilang. Kemudian bergerak mengelilingi kuburan sang istri. Berputar dan berputar lebih dari sepuluh kali. Sampai ambruk dalam separuh ingatan. Lalu duduk kembali sambil mendekap dan menciumi batu nisan.

"Kaulah tomat dalam mimpiku. Ranum dan segar untuk di makan para pecinta buah-buahan. Akulah pecinta buah tomat..." Dan senja pun pergi. Sebagaimana lelaki itu pergi dan berjalan gontai menuju rumahnya yang sunyi. Sendiri. Menunggu matahari yang terbit dan tenggelam. Meminang bulan dan bintang di tengah malam. Tanpa teman. Mungkin juga mengembara seperti para musyafir mencari cinta.

Sebab, sejak peristiwa senja itu, aku tak pernah lagi melihatnya datang ke kuburan. Bahkan juga tak ada baying-bayang melintas di sekitar rumahnya. Entah ke mana lelaki itu menghilang. Seperti zat dalam buah tomat, kewarasan dan kegilaan tak bisa bercampur. Tapi orang sering salah memandang dengan mata telanjang. Seolah dunia bukanlah buah sayuran. Bukan pula kalender dan hari-hari yang hanya tergantung di dinding sunyi. Yang selalu menipu diri dengan angka-angka mati.

Semingu, bulan dan tahun, lelaki itu belum juga kembali. Sedang aku, seperti orang-orang kampung lainya, tak pernah tahu ke mana ia pergi. Tapi aku tetap mengenangnya sebagai manusia. Bukan si gila atau orang yang hilang dari ingatan dunia. Mungkin itu sebabnya, lelaki itu tak pernah hilang dari ingatanku. Meninggalkan pesan padaku, sebelum akhirnya menjadi misteri. Antara ada dan tiada. Bahwa hidup harus dilanjutkan, dengan berbagai cara, meski hanya untuk menanam dan merawat sebiji tomat.

Yogyakarta, 2007

Kamis, 11 Oktober 2007

Guru dan Problem Pendidikan

Guru dan Problem Pendidikan

TERKEJUT dan kaget. Ungkapan ini mungkin tepat untuk menggambarkan berapa terhentaknya kita semua mendengar laporan Sekretaris Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) yang disampaikan pada acara Konferensi Nasional Matematika XIII dan Kongres Himpunan Matematika Indonesia yang diselenggarakan Unnes Semarang. Saat itu Sekretaris BNSP mengatakan bahwa secara nasional jumlah guru SD yang tidak layak mengajar mencpaai 609.217 orang atau sekitar 49,3% dari tenaga pendidik yang ada di Indonesia.

Apabila kita mencoba melakukan refleksi mendalam, kita temukan berbagai persoalan muncul silih berganti melanda dunia pendidikan nasional kita, baik yang berskala mikro maupun yang makro.

Selain tantangan yang amat berat utamanya dalam upaya menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global, juga masih dihadapkan pada dampak buruk dari krisis dalam berbagai bidang kehidupan dan kenaikan harga BBM yang berimplikasi pada meningkatnya biaya pendidikan di segala jalur jenis dan jenjang pendidikan.

Salah satu permasalahan esensial pendidikan yang sampai saat ini masih dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenis, jenjang, jalur, dan satuan pendidikan. Bahkan kalau kita amati lebih cermat kondisi pendidikan di negeri ini dari hari ke hari semakin menurun kualitasnya. Berdasar hasil penelitian tentang Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP 2005, saat ini kita berada pada peringkat 110 dari 174 negara yang diteliti.

Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Brunei dan apalagi dengan Singapura kita jauh tertinggal. Hal ini menunjukkan betapa rendahnya daya saing SDM Indonesia untuk memperoleh posisi kerja yang baik di tengah-tengah persaingan global yang kompetitif.

Berbagai usaha dan inovasi telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, manajemen mutu sekolah, sistem SKS, dan menyiapkan sekolah unggul.

Bahkan untuk yang terakhir ini, menurut Dirjen Mandikdasmen pemerintah menyediakan dana blockgrant Rp 500 juta pertahun selama lima tahun. Namun demikian sampai saat ini tanda-tanda bahwa dunia pendidikan kita semakin membaik tidak kunjung muncul indikasinya.

Pertanyaannya, mengapa sampai saat ini mutu dunia pendidikan nasional kita masih memprihatinkan dan apa akar persoalan yang menyebabkan semua itu terjadi?

Guru: Pihak yang Tertuduh

Dunia pendidikan nasional kita memang sedang menghadapi masalah yang demikian kompleks. Begitu kompleksnya masalah itu tidak jarang guru merupakan pihak yang paling sering dituding sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan. Asumsi demikian tentunya tidak semuanya benar, mengingat teramat banyak komponen mikrosistem pendidikan yang ikut menentukan kualitas pendidikan.

Namun begitu guru memang merupakan salah satu komponen mikrosistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran di dalam proses pendidikan secara luas, khususnya dalam pendidikan persekolahan.

Guru memang merupakan komponen determinan dalam penyelenggaraan pengembangan SDM dan menempati posisi kunci dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Dampak kualitas kemampuan profesional dan kinerja guru bukan hanya akan berkontribusi terhadap kualitas lulusan yang dihasilkan (output) melainkan juga akan berlanjut pada kualitas kinerja dan jasa para lulusan tersebut (outcome) dalam pembangunan, yang pada gilirannya kemudian akan nampak pengaruhnya terhadap kualitas peradaban dan martabat hidup masyarakat, bangsa serta umat manusia pada umumnya.

Pendidikan nasional kita sudah terlalu lama dikelola dengan konsep nonpendidikan. Meminjam istilah Winarno Surakhmad, pendidikan kita dikelola hanya dengan logika pragmatis, logika bisnis, pertimbangan politik praktis, pendekatan otoriter, pengelolaan reaktif, trial-and-error, dan instan.

Begitu strategis dan pentingnya posisi guru dalam pendidikan, maka tuntutan terhadap guru yang berkualitas dan profesional merupakan suatu keniscayaan yagn tidak bisa dihindari. Lebih-lebih setelah lahirnya UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tuntutan profesionalisme itu semakin kuat. Persoalannya, untuk mendapatkan guru yang profesional dan berkualitas - sudah barang tentu - mustahil dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan harus diupayakan penyiapan dan pengembangannya secara terus-menerus, terencana dan berkesinambungan.

Upaya pengembangan itu memang merupakan suatu keharusan, mengingat tuntutan standar kualitas serta kebutuhan di lapangan juga terus-menerus mengalami perubahan dan perkembangan seiring dengan pesatnya laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi di era global ini.

Guru merupakan titik sentral dari peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses belajar mengajar. Oleh sebab itu peningkatan profesionalisme guru merupakan suatu keharusan.

Guru yang profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, menguasai metode yang tepat, mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan. Guru yang profesional juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakekat manusia, dan masyarakat. Hakikat-hakikat ini akan melandasi pola pikir dan pola kerja guru dan loyalitasnya kepada profesi pendidikan. Juga dalam implementasi proses belajar mengajar guru harus mampu mengembangkan budaya organisasi kelas, dan iklim organisasi pengajaran yang bermakna, kreatif dan dinamis bergairah, dialogis sehingga menyenangkan bagi peserta didik sesuai dengan tuntutan UU Sisdiknas (UU No 20 / 2003 Pasal 40 ayat 2a).

Dalam kaitan ini, menurut Supriadi (1988) untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal: (satu) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.

Dua, guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa. Tiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi. Empat, guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belejar dari pengalamannya. Lima, guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Dengan demikian, untuk menjadi guru yang profesional - seorang guru yang sejati - harus berdiri di atas prinsip bahwa praksis pendidikan mutlak memerlukan ilmu pendidikan. Para pendidik harus memperjuangkan prinsip itu.

Prinsip bahwa tanpa ilmu pendidikan maka praksis pendidikan menjadi semu, menyesatkan dan membahayakan bangsa. Tetapi bagaimana realitasnya?

Pendidikan nasional kita sudah terlalu lama dikelola dengan konsep nonpendidikan. Meminjam istilah Winarno Surakhmad, pendidikan kita dikelola hanya dengan logika pragmatis, logika bisnis, pertimbangan politik praktis, pendekatan otoriter, pengelolaan reaktif, trial-and-error, dan instan.

Betapa tidak, lihat misalnya kasus KBK, sistem SKS, dan yang saat ini sedang hangat dibicarakan adalah persoalan sertifikasi dan uji kompetensi guru. Sertifikasi dan uji kompetensi guru hanya memenuhi tuntutan dunia modern, budaya global, logika bisnis, dan reaktif-pragmatik. Reaktif karena harus memenuhi tuntutan globalisasi, pasar terbuka dan persaingan bebas. Pragmatik, karena dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah aktual yang pada dasarnya sangat teknis.

Itu memang penting, tetapi yang lebih penting lagi perlu ada pemahaman bahwa pendidikan lebih dari itu, tidak hanya menyelesaikan persoalan aktual, tetapi persoalan kemanusiaan yang hakiki. Pendidikan harus mampu membekali peserta didiknya dengan kemampuan individual, lokal, sehingga menjadi warga negara yang mandiri dan berdaya, serta menjadi lebih antisipatif-humanistik.

Persoalan lain yang tidak kalah essensialnya yang menyebabkan mutu pendidikan semakin memprihatinkan adalah kecenderungan kita mengambil konsep dari luar, tanpa mau memahami konteksnya yang lebih luas dan implikasinya yang lebih jauh. Asal saja kita mendengar ada suara dari luar yang agak aneh, KBK, sertifikasi, lesensi, standarisasi, misalnya, kita cepat menerimanya sebagai "pasti bagus". Padahal konsep yang kita anggap bagus saat ini itu di negara mereka merupakan konsep yang sudah lama ditinggalkan. Mereka selalu bergerak dan maju terus kita selalu menunggu hasil dokumentasi dan menyesuaikannya. Akibatnya kita senantiasa berkembang denegan ketertinggalan yang berkelanjutan.

Abdul Madjid, dosen FAI dan Korbid Akademik Program Pascasarjana UMY.